Ketika foto makanan jadi mata uang sosial saat ini
Tren foto makanan dahulu sebelum makan jadi social currency saat ini sehingga food blogger berkembang sebagai profesi
Saat ini, kita sering melihat sebagian orang menjepret makananannya lebih dahulu sebelum mulai menyantapnya. Kemudian sebelum ataupun sesudah itu, mereka biasanya membagikan foto makanan tersebut ke media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Snapchat. Bahkan, tampaknya hal ini telah menjadi gaya hidup untuk sebagian orang. Namun, bagaimana gaya hidup ini bermula?
Menurut laporan pada tahun 2016 lalu, Waitrose, jaringan supermarket terbesar di Inggris, foto makanan saat ini sudah menjadi social currency atau mata uang sosial. Hal ini saking banyaknya orang yang berbagi dan mendiskusikan makanan secara online. Terlebih lagi, kita tidak lepas dari beragam tagar seperti #foodporn atau #instafood di platform media sosial. Seperti yang kami lansir dari The Guardian, setidaknya satu dari lima orang Inggris berbagi foto makanan secara online atau dengan teman-temannya selama beberapa bulan terakhir.
Laporan Waitrose juga menunjukkan, usia 18 hingga 24 tahun lima kali lebih sering mengunggah foto makanan mereka secara online daripada kelompok masyarakta usia di atas 55 tahun. Laporan Waitrose juga menyatakan hampir separuh pembuat makanan akan lebih memperhatikan hidangan yang menarik agar bisa diambil gambarnya. Hal ini memicu kekhawatiran bagi para koki dan akibatnya hampir 40 persen mengaku khawatir terhadap tampilan makanan mereka selama kurun lima 5 tahun terakhir ini.
Selain itu, lebih dari 130 ribu gambar makanan telah dibagikan di Instagram setiap harinya di Inggris. Menariknya, survei ini menemukan hampir setengah dari konsumen makanan ingin selalu mengunggah foto hidangan yang akan disantapnya. Bahkan makanan menjadi social currency yang paling populer dibandingkan dengan komoditas lain seperti, pakaian, mobil, dan musik. Dengan berkembangnya gaya hidup seperti ini, tentu saja ikut memengaruhi munculnya food blogger, influencer yang memfokuskan diri dalam mengolah konten mengani makanan.
Bagaimana di Indonesia?