Midsommar, tragedi putus cinta dalam balutan horor epik
Midsommar sebenarnya sebuah tragedi putus cinta dengan balutan horor yang membuatnya menjadi tontonan yang epik.
Film horor selama ini dikenal sarat dengan kegelapan, hantu, jumpscare dan scoring yang menggelitik bulu kuduk setiap penonton. Itu film horor pada umumnya, tidak dengan Midsommar, film buatan Ari Aster. Sebagai pendatang baru di film horor, dia berhasil membuktikan bahwa namanya patut diperhitungkan di industri ini.
Midsommar menjadi film kedua dalam daftar sinematografi Ari Aster. Film pertamanya berjudul Hereditary, yang ternyata popularitasnya meledak menjadi salah film horor terbaik di tahun 2018.
Sewaktu hendak menonton film ini, saya menyimpan harapan yang tinggi dengan kualitas film kedua Ari Aster ini. Pasalnya, di film perdana, Ari Aster tampak berusaha keluar dari pakem horor pada umumnya. Wajar saja kalau saya berharap film ini akan sebaik atau malah lebih cetar dari Hereditary.
Well, Midsommar ini menceritakan tentang sekelompok anak muda yang pergi berlibur ke desa terpencil di daerah Halsingland, Swedia. Beberapa di antara mereka pergi dengan tujuan untuk menyelesaikan tesis antropologinya. Di sana, mereka akan merayakan festival tengah musim panas, yang dikenal sebagai Midsummer, yang dalam bahasa Swedia lebih dikenal sebagai Midsommar.
Di awal film, kita akan diajak untuk mengenal lebih dalam siapa Dani Arbor (Florence Pugh) dan Christian Hughes (Jack Reynor). Meski belum memasuki 10 menit pertama di film, Ari Aster langsung menyuguhkan adegan yang intens. Di sini, Dani sebagai karakter utama harus mengalami kemalangan bertubi-tubi. Hubungannya dengan sang pacar sedang terombang-ambing, namun di sisi lain, kondisi keluarganya (yang akhirnya ternyata meninggal) pun terus menggelayut di benaknya.