Sempat dikira gangguan mental, selfie ternyata punya efek positif
Pada 2014, hoaks soal gangguan mental terkait selfie mencuat. Penelitian lebih lanjut menunjukkan sebaliknya.
Tiga tahun lalu, media-media menulis berita hoaks mengenai penyakit mental swafoto berlebihan yang disebut Selfitis. Beberapa berita bahkan datang dari media bereputasi tinggi seperti The Guardian. Masalahnya, kebenaran perihal penyakit mental ini tidak terbukti dengan dukungan ilmiah.
Gizmodo Australia (1/1), menerbitkan wawancara dengan peneliti yang terlibat survei mengenai swafoto ini pertama kali. Mark Griffiths, Psikolog dari Nottingham Trent University, menjelaskan lewat sebuah keterangan tertulis.
"Dalam makalah dan rilisan press kami, tidak sekalipun kami menuding 'Selfitis' sebagai gangguan mental. Melainkan kami meneliti lebih dari 200 pengakuan orang-orang. Namun tidak ada satu jurnalis pun yang benar-benar mewawancarai kami mengenai topik ini," terang Mark.
Pada 2014, beberapa kanal berita online seperti Yahoo News, mengutip berita hoaks dari Adobo Chronicles. Berita tersebut melaporkan bila Asosiasi Psikiater Amerika resmi mengatakan Selfitis sebagai gangguan mental yang baru.