Mencari pembangkit listrik ramah lingkungan, akankah teknologi surya berbasis luar angkasa jadi solusi?
Akankah teknologi pembangkit listrik tenaga surya berbasis luar angkasa akan menjadi alternatif baru menggantikan pembangkit listrik berbasis angin, air, surya, dan nuklir?
Mencari solusi pembangkit listrik terbarukan memang tak mudah. Saat ini, solusi terbaik yang dapat kita terapkan adalah teknologi pembangkit listrik tenaga angin, air, surya, dan nuklir. Tapi, seperti diketahui, ada banyak tantangan yang harus dibenahi terkait beberapa solusi yang satu ini.
Pembangkit listrik tenaga angin, air, dan surya memiliki tantangan yang cukup besar, yakni teknologi yang satu ini tidak dapat bekerja 24/7. Sedangkan teknologi nuklir, hingga saat ini masih belum ada jaminan teknologi yang satu ini benar-benar aman.
Memang, ada beberapa solusi yang muncul untuk menggantikan beberapa tipe pembangkit listrik di atas. Salah satu solusi yang muncul adalah dengan memanfaatkan tenaga surya berbasis luar angkasa. Hal ini dikarenakan tenaga surya luar angkasa memiliki potensi yang sangat tinggi untuk dapat menghasilkan energi listrik.
Tapi, apakah solusi yang satu ini bisa menjadi salah satu jawaban untuk memerangi perubahan iklim? Untuk menjawab hal tersebut, para ahli dari Space Solar, Badan Antariksa Eropa, dan Universitas Glasgow sudah memiliki pandangan mereka tersendiri.
Jika kalian belum tahu, solusi untuk memancarkan energi matahari dari luar angkasa bukanlah hal baru. Satelit telekomunikasi telah mengirimkan sinyal gelombang mikro yang dihasilkan oleh tenaga surya kembali ke Bumi sejak tahun 1960-an. Namun, mengirimkan sejumlah daya yang berguna adalah hal yang sama sekali berbeda.