Huawei gebrak pasar otomotif dengan teknologi mobil pintar
Huawei, yang terkenal dengan kehebatan telekomunikasinya, dengan cepat memantapkan dirinya sebagai pemain utama di sektor teknologi mobil pintar yang sedang berkembang di Tiongkok.
Huawei, yang terkenal dengan kehebatan telekomunikasinya, dengan cepat memantapkan dirinya sebagai pemain utama di sektor teknologi mobil pintar yang sedang berkembang di Tiongkok. Meskipun menghadapi tantangan dalam bisnis ponsel pintarnya karena sanksi perdagangan, Huawei secara strategis telah mengubah langkahnya menjadi pemasok otomotif utama, dengan meluncurkan sistem bantuan pengemudi canggihnya, “Qiankun”, di ajang bergengsi Beijing Auto Show.
Peluncuran Qiankun terjadi setelah empat tahun pengembangan intensif, menandai tonggak penting bagi Huawei di industri otomotif. Tujuh produsen mobil Tiongkok telah mengintegrasikan Qiankun ke dalam kendaraan mereka, memperkuat posisinya sebagai sistem bantuan pengemudi canggih terkemuka di Tiongkok.
Dilansir dari Gizmochina (27/4), salah satu perkembangan paling signifikan dalam perjalanan otomotif Huawei adalah kesepakatan inovatifnya dengan Volkswagen. Audi Q6L e-tron buatan Tiongkok, yang akan diluncurkan pada tahun 2025, akan menampilkan sistem Qiankun Huawei, menandai kolaborasi pertama Huawei dengan produsen mobil asing. Langkah ini menggarisbawahi ambisi Huawei untuk memperluas jangkauannya melampaui batas dalam negeri dan bersaing dalam skala global.
Meskipun terdapat ketegangan geopolitik, produsen mobil asing semakin memandang Huawei sebagai sekutu potensial di pasar Tiongkok yang sangat kompetitif. Teknologi ADAS buatan Huawei yang canggih, ditambah dengan kemampuannya memproduksi chip sendiri, menghadirkan proposisi menarik untuk meningkatkan daya saing dalam lanskap otomotif yang berkembang pesat.
Namun, kemajuan Huawei bukannya tanpa tantangan. Perusahaan menghadapi krisis pasokan pada tahun 2024, sehingga menunda pengiriman model kelas atas. Selain itu, pembatasan perdagangan, khususnya dari Amerika Serikat, menimbulkan risiko terhadap rencana ekspansi global Huawei, sehingga meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan teknologi mobil yang “terkoneksi”.