Pesawat Luar Angkasa AIM Nasa berakhir setelah 15 tahun pelajari awan tertua di bumi
Data-data yang berhasil dikumpulkan dalam misi AIM telah didokumentasi pada ratusan makalah penelitian.
Sebagai badan antariksa, NASA memiliki berbagai misi dan penelitian untuk mempelajari hal-hal di luar angkasa. Salah satunya misi AIM (Aeronomy of Ice in the Mesosphere). Dikutip dari laman resmi NASA (23/3), misi AIM bertujuan untuk mempelajari proses fisik dan kimiawi yang memunculkan awan mesosfer kutub yang misterius.
Awan yang disebut juga sebagai awan noctilucent tersebut bersinar di malam hari, terbentuk tinggi di atas permukaan bumi, dan hanya dapat dilihat menjelang senja. Selain itu, awan tersebut juga dianggap sebagai fosil awan karena dapat bertahan ratusan tahun di atmosfer.
Misi AIM diluncurkan pertama kali pada tahun 2007 dan melayang 370 mil di atas permukaan bumi. Pesawat ruang angkas tersebut menjadi salah satu misi NASA yang paling bermanfaat untuk ilmuwan. Dari data-data yang berhasil dikumpulkan, ada sekitar 379 makalah yang berhasil dikerjakan. Salah satunya studi tahun 2018 yang menemukan emisi metana dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Hal itu membuat awan tampak bersinar pada malam hari.
Setelah 15 tahun menjalankan misinya, pesawat luar angkasa AIM pun pensiun. Dikutip dari Engadget (20/3), NASA mengatakan bahwa mereka mengakhiri dukungan operasional untuk pesawat ruang angkasa karena kegagalan daya baterai.
Sebelumnya, mereka pertama kali melihat masalah pada baterai AIM pada tahun 2019. Walaupun baterainya bermasalah, pesawat tersebut masih bisa mengirimkan sejumlah data besar ke bumi. Seiring berjalannya waktu, daya baterainya pun mengalami penurunan dan membuatnya tidak responsif lagi. Tim AIM akan memantau pesawat ruang angkasa tersebut selama dua minggu lagi jika memungkinkan untuk dilakukan reboots.