Robot seukuran beras ini dirancang untuk antarkan obat dalam tubuh
Ilmuwan dari Nanyang Technological University (NTU) di Singapura telah mengembangkan robot soft seukuran beras yang dapat mengantarkan berbagai jenis obat ke area target di dalam tubuh.
Ilmuwan dari Nanyang Technological University (NTU) di Singapura telah mengembangkan robot soft seukuran beras yang dapat mengantarkan berbagai jenis obat ke area target di dalam tubuh, yang dikendalikan oleh medan magnet. Robot ini dirancang untuk membawa hingga empat jenis obat dan mengeluarkannya secara terprogram dalam urutan dan dosis yang dapat diatur.
Dilansir dari New Atlas (1/11), robot tersebut dibuat dari bahan komposit magnetik yang cerdas dan non-toxic, yang memungkinkan robot untuk bergerak dengan cepat dan menghindari rintangan dalam lingkungan tubuh yang kompleks. Dalam percobaan laboratorium, robot ini berhasil bergerak di atas permukaan yang dibagi menjadi empat bagian dan mengeluarkan obat yang berbeda di setiap bagian dengan kecepatan antara 0,30 mm hingga 16,5 mm per detik.
Inovasi ini diinspirasi oleh film fiksi ilmiah tahun 1966, Fantastic Voyage, di mana sebuah kapal selam kecil masuk ke dalam tubuh seseorang untuk melakukan operasi medis. "Apa yang sebelumnya hanya skenario dalam film fiksi ilmiah kini semakin dekat dengan kenyataan dengan inovasi lab kami," kata Asisten Profesor Lum Guo Zhan, peneliti utama dari NTU.
Metode pengiriman obat tradisional seperti peroral dan suntikan akan terasa kurang efisien dibandingkan dengan penggunaan robot kecil yang dapat mengantarkan obat tepat di tempat yang diperlukan. Robot ini memiliki kemampuan untuk mengatur orientasi dengan presisi dan dapat mengeluarkan obat secara terprogram dalam berbagai lokasi di dalam tubuh.
Dalam percobaan lain, robot ini diuji di cairan yang lebih tebal untuk meniru kondisi di dalam tubuh, dan hasilnya menunjukkan bahwa robot dapat mengantarkan obat selama delapan jam tanpa banyak kebocoran. "Pencapaian ini menunjukkan bahwa robot soft memiliki potensi besar untuk menjadi metode pengiriman obat yang lebih tepat dan efektif, terutama dalam pengobatan seperti terapi kanker yang memerlukan kontrol yang sangat presisi atas beberapa jenis obat," kata Yang Zilin, penulis kolaboratif dari studi ini.