Teknologi 3D printing bisa cetak kulit dan tulang di luar angkasa
Peneliti berhasil temukan cara untuk mencetak sel kulit dan tulang untuk kebutuhan medis di luar angkasa menggunakan teknologi 3D printing.
Lingkungan luar angkasa yang keras kerap menimbulkan masalah kesehatan bagi para astronot. Evolusi yang terjadi pada tubuh manusia sejatinya terjadi untuk beradaptasi dengan gravitasi Bumi. Kebanyakan astronot akan mengalami kehilangan massa otot, gangguan metabolisme bahkan patah tulang.
Namun beberapa peneliti dari Universitas Teknik Dresden (TUD) berhasil mengembangkan metode bioprinting 3D untuk digunakan di luar angkasa. Metode ini akan dapat digunakan untuk membuat jaringan kulit dan tulang baru dari sumber yang disediakan para astronot tersebut.
Secara teori, metode ini sebenarnya tidak hanya dapat digunakan di luar angkasa. Pekerja medis di bumi pun dapat memanfaatkan metode ini untuk menutup luka atau bahkan mencetak organ untuk keperluan transplantasi.
Dilansir dari NewAtlas (10/7), ada dua kendala yang harus dihadapi tim TUD. Pertama, sulitnya menemukan "tinta organik" di luar angkasa. Kedua, material berbentuk cair biasanya tidak akan bisa bertahan di tempat. Untungnya tim itu berhasil menemukan solusi dari masalah tersebut.
Masalah pertama berhasil diatasi dengan menggunakan sumber dari astronot. Plasma darah dari astronot dapat menjadi bahan untuk membuat sel kulit sementara sel punca dapat diubah menjadi tulang.