Air France bakal terapkan boarding pass berteknologi biometrik
Air France-KLM sudah menggunakan boarding pass berbasis teknologi biometrik di beberapa kota AS seperti Atlanta, Los Angeles, Dallas, Detroit, San Francisco dan Seattle.
Perusahaan maskapai asal Eropa, Air France-KLM memiliki rencana untuk menukar boarding pass dengan pengenalan wajah pada penerbangan Air France yang berangkat dari Bandara Internasional John F Kennedy (JFK) di kota New York dan Bandara Internasional George Bush (IAH) di Houston.
Dilansir dari Engadget (12/7), uji coba ini diperkirakan bakal berdampak pada lebih dari 2.200 penumpang setiap harinya, dan itu akan membantu perusahaan mencapai tujuannya untuk membawa pengenalan wajah ke semua bandara di AS.
Air France-KLM sudah menggunakan boarding pass berbasis teknologi biometrik di beberapa kota AS seperti Atlanta, Los Angeles, Dallas, Detroit, San Francisco dan Seattle. “kami sangat bersemangat merangkul inovasi yang memiliki potensi untuk membuat pengalaman perjalanan lebih mulus dan lebih aman bagi penumpang kami. Tujuan kami adalah untuk menerapkan boarding pass biometrik di 93 persen dari semua bandara AS pada akhir tahun, dan 100 persen pada tahun 2020,” kata Vice President and General Manager Air France-KLM USA, Staphane Ormand.
Meski demikian, Air France-KLM bukanlah perusahaan penerbangan pertama yang menguji boarding biometrik. JetBlue uji coba sistem ini pada 2017. British Airways sedang melakukan uji coba sendiri. Penumpang Qantas menggunakan teknologi pengenal wajah untuk terbang ke Australia. Delta telah bereksperimen dengan menggunakan sidik jari ketimbang boarding pass, dan Bandara Internasional Dubai memindai wajah penumpang saat mereka melewati sebuah terowongan yang dilengkapi dengan 80 pengenal wajah dan kamera pemindai iris.
Tetapi saat maskapai terus maju dengan teknologi pengenalan wajah, masih ada banyak masalah etika. Beberapa anggota parlemen menyerukan lebih banyak peraturan, dan laporan telah menemukan bahwa beberapa sistem pengenalan wajah memiliki tingkat kesalahan tinggi. Bahkan Microsoft telah mengakui kemungkinan ada “konsekuensi sosial yang luas dan potensi penyalahgunaan.”