Cara menangani social media dalam krisis
Social media merupakan alat yang ampuh untuk promosi, namun juga bisa menjadi bumerang bagi perusahaan.
Pertumbuhan internet yang sangat pesat di Indonesia pasti membawa berkah tersendiri untuk kita. Tak terbayang 10 tahun lalu bahwa kita dapat berbelanja hanya melalui perangkat seluler, menyambung tali silaturahmi yang terputus dengan teman masa sekolah dan kuliah bahkan untuk sekadar membayar tagihan listrik.
Membicarakan tentang menyambung tali silaturahmi, pasti akan terkait dengan penggunaan social media seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path dan lainnya. Banyak perusahaan besar menggunakan social media sebagai ujung tombak promosi dan layanan pelanggan. Tahun 2017 Facebook menjadi social media yang paling banyak digunakan oleh orang Indonesia, menurut riset yang diadakan oleh emarketer.com. Sedangkan yang kedua adalah Instagram disusul oleh Twitter.
Posting di social media menjadi hal sehari-hari dan sangat lumrah untuk individu dan perusahaan di Indonesia. Hal tersebut pasti membawa dampak positif dan negative pada pengguna dan pembaca social media.
Bagi perusahaan – perusahaan yang menggunakan social media sebagai sarana promosi dan layanan pelanggan pasti akan membawa dampak buruk apabila terjadi kesalahan seperti salah posting, emosi dalam menangani complain dan lain – lain. Salah penanganan inilah yang disebut Social Media Crisis Management. Kesiapan ini dapat segera ditangani dengan beberapa cara, yaitu :