Ilmuwan Swiss sempurnakan cetak kaca secara 3D
Proses ini dikenal sebagai Digital Light Processing, memaparkan resin dengan pola sinar ultraviolet. Kapan pun cahaya menyentuh resin, monomer plastik saling bersilangan untuk membentuk polimer padat.
Dari seluruh bahan yang dapat dicetak secara 3D, kaca masih menjadi salah satu material yang paling menantang untuk dikerjakan. Namun, para ilmuwan di pusat penelitian ETH Zurich di Swiss berupaya menjawab tantangan itu, dengan teknik pencetakan lebih baik.
Meski kini sudah ada cara untuk mencetak objek kaca secara 3D, proses yang paling umum digunakan melibatkan ekstrasi kaca cair, atau secara selektif melakukan pemanasan laser bubuk keramik agar dapat mengubahnya menjadi kaca. Cara pertama melibatkan suhu tinggi dan karenanya membutuhkan peralatan tahan panas, namun yang kedua tidak dapat menghasilkan objek yang sangat kompleks.
Dilansir dari New Atlas (27/11), prosedur teknologi dari ETH dirancang untuk mengatasi kedua kekurangan tersebut. Ia menggabungkan resin fotosensitif, yang terbuat dari plastik cair bersama dengan molekul organik, di mana molekul yang mengandung silikon dibuat terikat dengan kata lain mereka adalah molekul keramik.
Proses ini dikenal sebagai Digital Light Processing, memaparkan resin dengan pola sinar ultraviolet. Kapan pun cahaya menyentuh resin, monomer plastik saling bersilangan untuk membentuk polimer padat. Polimer itu memiliki struktur bagian dalam seperti labirin, dengan ruang di dalamnya diisi oleh molekul keramik.
Hasil 3D yang dihasilkan selanjutnya ditembakkan pada suhu 600 derajat celcius, membakar polimer untuk hanya menyisakan keramik. Dalam penembakkan kedua dengan sekitar suhu 1.000 derajat celcius, keramik itu mengeras menjadi kaca berpori transparan. Objek menyusut secara signifikan karena dikonversi menjadi kaca, sebuah faktor yang diperlukan dalam proses desain.