Kendala game Windows di komputer ARM, Apple punya peluang tinggi
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak produsen PC yang beralih dari prosesor Intel ke chip ARM untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi energi.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak produsen PC yang beralih dari prosesor Intel ke chip ARM untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi energi. Namun, transisi ini tidak berjalan mulus bagi pengguna Windows, terutama para gamer. Dilansir dari 9ToMac (5/9), mengungkapkan bahwa PC Windows yang menggunakan chip ARM Qualcomm mengalami masalah kompatibilitas dengan banyak game populer.
Masalah ini cukup meluas dan mempengaruhi judul-judul besar seperti League of Legends dan Fortnite. Meskipun Windows ARM memiliki teknologi yang menerjemahkan perangkat lunak x86 ke ARM, performanya berkurang dan sering kali menyebabkan bug dan gangguan. Salah satu penyebab utama masalah ini adalah perangkat lunak anti-cheat yang sering kali tidak kompatibel dengan arsitektur ARM.
Sebaliknya, Apple telah berhasil melakukan transisi ke chip ARM dengan lebih mulus melalui Apple Silicon. Chip M1, M2, dan kini M3 telah menunjukkan kinerja yang luar biasa, bahkan dalam menjalankan game AAA. Apple juga memperkenalkan alat yang membantu pengembang memporting game Windows ke macOS, serta bekerja sama dengan studio besar untuk membawa game seperti Resident Evil dan Assassin’s Creed ke perangkat mereka.
Microsoft, di sisi lain, meluncurkan laptop Surface baru dengan chip ARM Qualcomm yang mengalahkan chip dasar M3 Apple dalam beberapa tes benchmark. Namun, dalam hal emulasi perangkat lunak x86, Windows menunjukkan performa yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan Apple Silicon. Hal ini membuat banyak game PC tidak dapat berjalan dengan baik atau bahkan tidak dapat dijalankan sama sekali pada PC Windows ARM.
Penelitian dari firma Omdia menunjukkan bahwa hanya setengah dari 1.300 game PC yang diuji secara independen dapat berjalan dengan baik pada chip ARM dibandingkan dengan chip Intel. Ini menjadi masalah besar bagi Microsoft, mengingat gamer menyumbang sekitar 15% dari pengguna laptop di seluruh dunia, yang menggerakkan bisnis senilai puluhan miliar dolar setiap tahunnya.