Peluang Huawei memenangkan perang cloud di Indonesia
Kehadiran Huawei Cloud yang ditandai dengan peluncuran pusat data (data center) di Indonesia akan memanaskan perang cloud di Tanah Air.
Salah satu informasi terpenting yang Huawei sampaikan pada acara Huawei Connect 2022: Unleash Digital, di Bangkok, Thailand, 19-21 September lalu, adalah region baru Huawei Cloud di Indonesia dan Irlandia. Jika tak ada perubahan, Huawei akan meluncurkan secara resmi layanan Huawei Cloud di Indonesia, November mendatang.
Kehadiran Huawei Cloud yang ditandai dengan peluncuran pusat data (data center) di Indonesia akan memanaskan perang cloud di Tanah Air. Seperti kita ketahui, Amazon Web Services (AWS) sudah terlebih dahulu meluncurkan data center di Indonesia, tahun lalu. Pada Desember 2021, Amazon juga mengejutkan publik dengan pengumuman komitmen investasi USD5 miliar di Indonesia hingga 15 tahun mendatang.
Selain AWS, Alibaba Cloud sudah membangun data center di Indonesia, tepatnya tahun 2018. Bahkan, pada Juni 2021, Alibaba meluncurkan data center ke-tiga di Tanah Air. Demikian juga dengan Google Cloud Platfrom yang sudah membuat data center di tiga wilayah Indonesia sejak tahun 2020. Raksasa China lainnya, Tencent Holdings sudah mengoperasikan data center pertamanya di Indonesia pada April 2021 dan sedang bersiap meluncurkan data center ke-dua. Beberapa perusahaan asing yang juga sudah membangun data center di Indonesia antara lain Nippon Telegraph & Telephone, Keppel DC dari Singapura, dan Princeton Digital Group. Perusahaan lain yang juga sudah berencana membangun data center di Indonesia adalah Microsoft.
Kehadiran para raksasa tersebut sebetulnya tak mengherankan. Mereka semua tertarik untuk menggarap potensi pasar cloud Indonesia yang termasuk terbesar di kawasan ASEAN. Potensi itu terlihat gamblang dalam beberapa hal.
Pertama, jumlah penduduk kita terbesar ke-4 di dunia. Kedua, nilai ekonomi digital kita, seperti disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto, mencapai USD146 miliar pada tahun 2025. Ketiga, booming ekonomi digital yang ditandai dengan kemunculan e-commerce, fintech, dan online travel agent dengan valuasi unicorn sampai decacorn. Keempat, pandemi covid-19 telah memaksa semua pihak, baik swasta maupun pemerintah, dan masyarakat untuk transformasi digital.