Strategi finansial hadapi dampak tarif impor AS
Kebijakan Amerika Serikat yang menaikkan tarif impor global hingga 32% pada 3 April 2025 memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Kebijakan Amerika Serikat yang menaikkan tarif impor global hingga 32% pada 3 April 2025 memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Meski tarif sementara diturunkan menjadi 10% pada 9 April, efeknya tetap terasa, terutama pada pelemahan nilai tukar rupiah hingga Rp16.750 per USD dan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 9%.
CEO FINETIKS, Cameron Goh, menyatakan bahwa langkah strategis diperlukan untuk menghadapi gejolak ekonomi ini. Amerika Serikat merupakan pasar ekspor terbesar bagi Indonesia, dengan nilai ekspor mencapai USD 28,1 miliar pada tahun 2024. Kenaikan tarif membuat produk Indonesia menjadi lebih mahal di pasar AS, yang berpotensi menurunkan permintaan. Selain itu, ketidakpastian global juga mengguncang kepercayaan investor domestik dan memperburuk kondisi pasar saham.
Cameron menyoroti pentingnya masyarakat bersikap bijak dalam mengelola keuangan di tengah situasi ini. "Kombinasi tarif tinggi, pelemahan mata uang, dan penurunan pasar saham menunjukkan ketidakpastian global nyata di depan mata," ungkapnya.
Cameron mengajak masyarakat untuk belajar dari strategi Warren Buffett, yang dikenal menyimpan cadangan kas besar saat krisis. Pendekatan ini memungkinkan Buffett mengambil peluang investasi saat pasar mulai pulih. "Cash bukan hanya pasif; itu adalah strategi," tambah Cameron.
Strategi Menabung di Masa Sulit