Turki blokir Roblox karena laporan eksploitasi anak

Oleh: Erlanmart - Jumat, 09 Agst 2024 17:01 WIB

Pemerintah Turki baru-baru ini memblokir akses ke platform permainan daring populer, Roblox, karena kekhawatiran terkait eksploitasi anak.

Pemerintah Turki baru-baru ini memblokir akses ke platform permainan daring populer, Roblox, karena kekhawatiran terkait eksploitasi anak. Langkah ini diambil hanya lima hari setelah negara tersebut juga melarang Instagram, menambah daftar panjang platform media sosial yang diblokir di Turki.

Dilansir dari Engadget (9/8), keputusan untuk memblokir Roblox didasarkan pada laporan tentang konten seksual yang tidak pantas yang dianggap mengeksploitasi anak-anak. Seorang pejabat dari Direktorat Komunikasi Turki juga menyebutkan bahwa promosi homoseksualitas dan insentif bagi anak-anak melalui mata uang virtual Robux sebagai alasan tambahan untuk larangan tersebut. Selain itu, regulator menyatakan bahwa memantau konten di Roblox merupakan tantangan besar, yang menjadi faktor penting dalam keputusan ini.

Larangan ini diberlakukan setelah penyelidikan oleh kantor jaksa penuntut umum. Roblox telah menghadapi berbagai masalah terkait keselamatan anak-anak dalam beberapa tahun terakhir. Awal tahun ini, perusahaan tersebut digugat karena diduga mengeksploitasi tenaga kerja anak dan iklan yang menipu. Selain itu, pada tahun 2022, Roblox juga digugat karena memungkinkan pengguna dewasa untuk memangsa seorang gadis berusia 10 tahun.

Kerjasama antara Google dan Meta dengan agensi media Spark Foundry untuk meluncurkan program pemasaran di Kanada antara Februari dan April juga menjadi sorotan. Program ini kemudian diuji coba di AS pada bulan Mei dan direncanakan untuk diperluas ke wilayah lain, serta menyertakan aplikasi Meta lainnya dalam kampanye tersebut.

Meskipun demikian, Google telah menyelidiki dan akhirnya membatalkan proyek tersebut setelah dihubungi oleh Times. “Kami melarang iklan yang dipersonalisasi untuk orang di bawah 18 tahun,” kata perusahaan Google. Dikatakan bahwa perlindungannya berfungsi dengan baik dalam kasus ini karena tidak secara langsung menargetkan pengguna YouTube terdaftar yang diketahui berusia di bawah 18 tahun.