Vorteks kutub Antartika memanjang, ilmuwan NASA ungkap penyebabnya

Oleh: Lysti Rahma - Minggu, 08 Sep 2024 10:30 WIB

Menurut para ilmuwan, angin barat yang biasanya berputar simetris mengelilingi Kutub Selatan selama musim dingin, membentuk vorteks kutub.

Vorteks kutub di atas Antartika mengalami pemanjangan, sebuah fenomena yang membuat para ilmuwan NASA mencari tahu penyebabnya. Peristiwa ini terjadi setelah rekor pemanasan stratosfer yang memecahkan rekor pada Juli lalu, mempengaruhi pola cuaca global dan berpotensi mengubah tingkat ozon di belahan bumi selatan.

Dilansir dari Wion News (8/9), suhu 15°C tercatat di tengah stratosfer Antartika, sekitar 30 kilometer di atas permukaan es benua tersebut. Suhu ini menandai Juli terpanas yang pernah tercatat di wilayah stratosfer Antartika, jauh di atas suhu rata-rata yang biasanya mencapai minus 80 derajat Celsius (minus 112 derajat Fahrenheit) selama bulan tersebut.

Ilmuwan atmosfer dari NASA Goddard Space Flight Center, Lawrence Coy dan Paul Newman, mengungkapkan bahwa peristiwa pemanasan stratosfer yang tiba-tiba ini terjadi lebih awal dari yang pernah tercatat dalam 44 tahun sejarah pencatatan NASA. Mereka bekerja dengan data asimilasi dan model atmosfer bumi yang dikembangkan oleh Kantor Pemodelan dan Asimilasi Global (GMAO) NASA.

“Peristiwa Juli ini adalah pemanasan stratosfer paling awal yang pernah diamati dalam seluruh catatan GMAO,” kata Coy.

Menurut para ilmuwan, angin barat yang biasanya berputar simetris mengelilingi Kutub Selatan selama musim dingin, membentuk vorteks kutub. Namun, aliran ini terganggu dan menyebabkan melemahnya angin serta perubahan bentuk aliran udara. Alih-alih berputar mengelilingi Kutub Selatan, vorteks menjadi memanjang dan menyebabkan pemanasan stratosfer yang signifikan di atas Antartika.