Buku is so yesterday, remaja kini lebih suka chatting dan sosmed
Studi terkini mengenai perilaku remaja yang mulai meninggalkan buku di era digital, memang tak lagi mengejutkan. Kendati begitu hal ini cukup meresahkan.
Remaja usia sekolah menengah saat ini lebih sering chatting dan memantau sosial media, ketimbang membaca buku dan majalah. Berdasarkan penelitian American Psychological Association yang rilis Senin (20/8) lalu, remaja Amerika mengahabiskan lebih banyak waktu dengan ponsel pintar mereka.
Faktanya, 1 dari 3 remaja sekolah menengah tidak membaca buku mereka di waktu luang. Pada periode penelitian yang sama, 82 persen siswa kelas 12 lebih suka mengunjungi situs Facebook, Twitter, ataupun Instagram setiap harinya.
Jean Twenge, Profesor psikologi di San Diego State University, sekaligus salah satu penulis jurnal studi tersebut mengatakan, hal ini adalah sebuah masalah. Menurutnya, pada dekade 1970-an, sekitar 60 persen remaja sekolah menengah membaca buku, majalah, dan koran tiap harinya. Jumlah ini ambruk di 2016. Hanya 16 persen siswa sekolah menengah yang masih membaca buku.
Hal ini menjadi perhatian, karena membaca melalui media teks yang panjang merupakan kemampuan menggali konsep yang sangat berbeda dari membaca pesan singkat atau status sosial media.
"Membaca teks panjang seperti buku dan artikel majalah sangat penting untuk memahami ide-ide kompleks, serta pengembangan kemampuan berpikir kritis," ujar Jean.
Studi yang dilakukan Jean bersama koleganya di Universitas San Diego, berdasar pada survei yang pernah dilakukan sejak 1975 lalu. Mereka menganalisa kebiasaan membaca para siswa di kelas delapan, 10, dan 12, sejak 1976 sampai 2016.
Menurut mereka, penurunan minat baca media cetak mulai terjadi di awal 1980-an. Kebiasaan ini makin memudar semenjak pertengahan 2000-an. Semua tentu setelah smartphone dan akses internet makin meluas penggunaannya. Di saat yang sama, waktu yang siswa habiskan di depan layar makin meningkat.
Jean sendiri seorang ibu dari tiga anak. Ia juga menyaksikan banyak orang tua khawatir dengan hal ini. Tidak hanya berkurangnya minat baca para remaja, tetapi penggunaan sosial media juga meningkatkan isolasi sosial dan isu kesehatan mental penggunanya.
Solusi dari semua ini bisa jadi sangat rumit tapi patut dicoba. Dean-Michael Crosby, seorang guru di Inggris seringkali menyarankan orangtua siswanya untuk meletakkan buku di semua sudut ruangan.
"Meski mereka hanya sekedar membuka buku sesaat saat menunggu sarapan di meja makan, itu akan menjadi sebuah buku bagi mereka," ujar Dean.
Dean juga menyarankan untuk memberikan remaja novel grafis. Terakhir, orang tua juga perlu menjadi panutan bagi anak-anak mereka. Ketika orang tua meminta anak-anak dan para remaja membaca buku, sementara mereka berkutat dengan Instagram setiap hari, maka anak-anak dan para remaja tidak akan menganggap membaca itu menjadi kegiatan yang serius.