Catatan generasi tukang belanja di Instagram
Aku jarang pergi ke mal untuk belanja. Aku lebih mengandalkan Instagram untuk membeli barang yang aku butuhkan.
Kepraktisan Instagram
Bagiku yang saat ini sudah bekerja, belanja lewat Instagram terasa lebih praktis, efisien, dan menghemat waktu. Aku jarang pergi ke mal untuk belanja. Aku lebih mengandalkan Instagram untuk membeli barang yang aku butuhkan. Mulai dari pakaian, sepatu, hadiah ulang tahun, bunga, hingga peralatan makeup. Kalau sedang lihat Insta Stories, lalu tiba-tiba ada produk yang menarik, tinggal swipe ke atas untuk belanja. Segampang itu.
Aku lebih sering menyebut kebiasaan belanjaku di Instagram itu sebagai kecelakaan. Iya benar, tanpa sengaja, karena aku biasa melihat akun-akun selebgram, jadi aku mudah terinspirasi. Biasanya, di bawah caption posting-an selebgram aku selalu kepo. Di situ, selebgram selalu menandai (@) akun penjualnya. Kalau tidak, biasanya aku tinggal pencet foto selebgram untuk lihat penanda yang ada di dalamnya. Nanti aku bisa tahu, di mana produk itu bisa aku beli.
Tapi ngomong-ngomong, kesannya aku sepertinya konsumtif banget ya?
Eit, siapa bilang generasi kami cuma tahu soal belanjanya saja. Tiya juga salah satu reseller hijab. Nama akunnya @hijabafra. Followernya sekarang sudah 3.140. Cukup banyak untuk sebuah bisnis yang dia kerjakan secara sambilan.
Tiya sudah menjalaninya sejak 2015 silam. Mayoritas pembelinya berusia 20 hingga 30 tahun. Saat pertama memulai berjualan online, Tiya sering memasarkannya melalui kolom komentar para artis. Hahaha...ini spam sih, tapi ternyata ampuh juga.
Waktu tahu soal ini, aku sampai meledeknya.
“Apa bedanya kamu dengan admin produk pemutih kulit dan wajah yang sering nongol di komentar artis itu?” kataku sambil ketawa-tawa. Tiya tertawa juga mendengar celotehanku, tapi dia mengakui kalau cara ini cukup ampuh menaikkan jumlah followers.
Selain Tiya, aku punya teman juga, namanya Mira (27). Wanita yang berprofesi sebagai konsultan PR ini punya akun @mer.re di Instagram. Sama seperti Tiya, Mira sudah mulai iseng jualan Pouch dan Tote Bag sejak 2015. Alasan Mira iseng jualan di Instagram karena ingin menyalurkan hobi menggambarnya. “Dulu gue ingin jadi seniman, tapi enggak bakat,” kata Mira mencoba merendah.
“Jadi gue mikir bagaimana caranya bisa menyalurkan hobi tapi nambah duit jajan? Terus waktu itu ada temen gue mau nikah. Gue nawarin diri buat gambarin souvenir-nya. Ujungnya malah gue yang bikin souvenir-nya karena dia enggak tahu bikinnya di mana,” kata Mira.
Mira sempat mencoba hadir di aplikasi khusus kebutuhan pernikahan, Bridestory. Aplikasi ini merupakan wedding marketplace paling besar di Indonesia. Tapi, justru Instagram yang lebih tepat sasaran, “Gue sempat hadir di Bridestory tapi enggak mendatangkan banyak sales, jadi gue enggak lanjut account-nya,” tutur Mira.
Akun Mira, @mer.re kini sudah punya 1.459 pengikut di Instagram. Mira bilang, pesanan terbaru yang dia produksi adalah 60 buah souvenir. Souvenir ini bisnis partai besar menurut Mira, “Gue pernah juga dapat order dari perusahaan langsung 1.000 buah,” ungkapnya yang biasa menangani order 500 buah. Tidak tanggung-tanggung, dari keterangan Mira, pesanan terjauh sempat datang dari Makassar langsung.