Catatan generasi tukang belanja di Instagram
Aku jarang pergi ke mal untuk belanja. Aku lebih mengandalkan Instagram untuk membeli barang yang aku butuhkan.
Fakta dan data Instagram
Tidak aneh bila Instagram jadi tempat promosi paling pas buat wanita muda seperti aku, Tiya, dan Mira. Pew Research Center, sempat menerbitkan laporan penelitian demografi pengguna media sosial di internet 2015 silam.
Dari penelitian itu, aku jadi tahu pengguna Instagram memang mayoritas wanita. Memang sih, sampel penelitiannya masih seputar pengguna Instagram asal Amerika. Tapi menurutku, ini demografi yang cukup menarik untuk ditinjau.
31 persen pengguna Instagram adalah wanita, sementara pengguna pria hanya 24 persen. Usia yang mendominasi adalah 18-29 tahun dengan persentase sebesar 55 persen. Usia 30-49 tahun di nomor urut kedua dengan persentase 28 persen.
Pendidikan mereka mayoritas sarjana, dengan persentase mencapai 32 persen. Pengguna dengan pendidikan pascasarjana juga lumayan banyak di Instagram yakni, 26 persen. Hootsuite, platform manajemen media sosial terbesar mengatakan, Instagram adalah tempat yang cocok untuk memasarkan produk dan merek yang sesuai dengan kaum hawa. Fesyen wanita dan cemilan eksotis menjadi produk yang paling pas dengan demografi yang ditawarkan Instagram ini.
Ambil contoh dari merek fesyen H&M. Setiap kali ada hari nasional terkait makanan, mereka selalu ikut meramaikannya. Suatu hari, pada perayaan Hari Es Krim Nasional di Amerika, H&M menawarkan produk-produk berwarna pastel mereka yang bersanding foto es krim berwarna senada. Foto tersebut menuai ratusan ribu likes dari pengguna Instagram.
Akhirnya sampai juga di ujung catatanku. Hari sudah sore, sudah saatnya aku pulang. Lagipula, tidak enak kelamaan duduk di sini tanpa memesan apa-apa lagi. Hehe. Mungkin, manusia kayak gue ini kali ya, yang bikin penjualan mal sepi. Ke mal nongkrong doang, giliran belanja eh buka Instagram.