Fantastic Beasts: The Crime of Grindelwald, goda imaji penonton
Bagi yang merindukan aksi sihir dan imajinasi liar a la Harry Potter, film ini nampaknya wajib untuk diikuti.
Petualangan Newt Scamander kembali lagi. Kali ini ia akan tetap berurusan dengan banyak makhluk gaib dan tentunya, Grindelwald sebagaimana tertera dalam judulnya. Bagi yang merindukan aksi siihir dan imajinasi liar a la Harry Potter, film ini nampaknya wajib untuk diikuti.
Sebagaimana diketahui, film ini diangkat dari novel dengan judul yang sama karya J.K Rowling. Fantastic Beasts The Crime of Grindelwald kembali menghadirkan nama-nama seperti Eddie Redmayne, Katherine Waterston, Alison Sudol dan Dan Folger. Tak ketinggalan Johnny Depp yang di prekuelnya hanya hadir sebentar saja, serta Jude Law yang akan berperan sebagai Dumbledore muda.
Kisah dalam film ini diawali dengan upaya pemindahan Grindelwald ke Kementerian Sihir di Eropa. Di tengah perjalanan, Grindelwald berhasil meloloskan diri. Dalam upaya pelarian itu, pertarungan antara Grindelwald dan para Auror yang mengawalnya tidak terhindarkan. Toh, meski begitu Grindelwald tetap berhasil lolos.
Dari sini lah, kisah tersebut akhirnya berlanjut. Grindelwald kembali mengincar Credence Barebone (Ezra Miller) yang sedang dalam upaya pencarian keluarga aslinya. Ia ditemani oleh Nagini (Claudia Kim) dalam usahanya tersebut.
Jujur saja, saya sangat tertarik menyaksikan film ini. Pasalnya di film sebelumnya, karakter Gellert Grindelwald yang disebut-sebut sangat jahat itu belum dieksplorasi secara mendalam. Malahan, sosok asli Grindelwald hanya ditampilkan menjelang filmnya selesai.
Secara umum, film ini memiliki nuansa yang jauh berbeda dengan Fantastic Beasts and Where to Find Them. Kali ini, film garapan sutradara David Yates ditampilan dengan nuansa gelap. Warna hitam dan abu-abu kerap mendominasi bahkan hampir di seluruh filmnya. Maklum saja. Mungkin nuansa film tersebut disesuaikan dengan judul yang dibawanya.
Salah satu hal yang paling mengesankan adalah musik khas Harry Potter yang sangat kaya. Di awal film saja, orkestra sudah bersahutan mengiringi jalannya film. Musik yang kaya ini akan terus menyapa pendengaran para penontonnya. Aspek ini cukup membuat saya terkesan ketika menyaksikan Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald.
Seperti yang sudah saya jabarkan di atas, bagi Anda yang hendak bernostalgia dengan aksi sihir dan imajinasi liar yang biasanya hadir di Harry Potter, film ini bisa memuaskan rasa rindu Anda. Tak hanya itu, di film ini saya kembali menyaksikan beberapa makhluk gaib yang sebelumnya hadir di prekuelnya.
Sosok Dumbledore (Jude Law) menjadi bumbu yang manis dalam film ini. Bagaimana tidak, sosok ini ditampilkan dengan baik oleh Jude Law. Bila kita mengenal Dumbledore dengan setelan jubah, topi kerucut dan jenggot panjang berwarna putih, di sini Dumbledore tampil lebih rapi. Tentunya sosok Dumbledore lebih nyaman dilihat daripada kesan yang hadir di film Harry Potter.
Sayangnya, cerita yang hadir dalam film ini terlalu banyak, sehingga bagi saya dapat menghilangkan fokus pada cerita yang sudah dibangun. Agak sulit juga menentukan mana yang menjadi cerita utama dalam film ini. Meski begtu, plot twist yang dihadirkan di akhir film mampu memperbaiki semuanya. Saya sendiri sampai tidak bisa berkata-kata begitu plot twist ini hadir. Pasalnya, twist ini tidak akan terdeteksi di sepanjang film.
Secara umum, Fantastic Beasts: The Crime of Grindelwald tetap menjadi film yang menyenangkan untuk disaksikan. Di samping banyaknya kisah yang ditawarkan, film ini akan menggali kembali aksi-aksi sihir menggunakan tongkat sihir dan imajinasi yang tidak ditawarkan dalam film lain. Saya sendiri memberi skor 7,5/10 untuk film ini.