Review Dolittle, film yang telah menodai karir Robert Downey Jr.
Dolittle merupakan film sekuel dari adaptasi serial buku anak tentang seorang dokter yang bisa berbicara bahasa hewan.
Robert Downey Jr. telah dikenal dengan perannya sebagai Tony Stark di waralaba film Iron Man dan Avengers. Peran penting yang dia mainkan di setiap filmnya selalu membawa kabar baik untuk studio. Namun, tidak kali ini dengan film fabelnya. Maret lalu, film Dolittle di mana Downey Jr. berperan bernama John Dolittle diluncurkan secara streaming. Tapi tampaknya, Stephen Gaghan tidak memberikan hasil terbaiknya kepada film.
Dolittle merupakan sekuel film dari adaptasi serial buku anak karya Hugh Lofting pada tahun 1920. Latar film diatur pada masa kepemimpinan Ratu Victoria di Inggris, di mana Dolittle tinggal di tengah cagar alam dengan rumah besar pemberian ratu. Setelah kepergian kekasihnya, John mengurung diri selama 7 tahun di dalam rumah dan hanya ditemani dengan teman hewannya antara lain Poly (burung beo), Gub-Gub (babi), Jip (anjing), Dab-Dab (angsa), Chee-Chee (monyet), Plimpton (burung unta), Elliot and Elsie (monyet), dan masih banyak lagi. Untuk diketahui, Dolittle memiliki kemampuan berkomunikasi dengan hewan.
Suatu hari, Ratu Victoria yang sedang kesakitan mengirim Putri Lady Rose ke kediaman Dolittle untuk memintanya menyembuhkan sang Ratu. Di saat yang bersamaan, Seorang anak muda bernama Tommy Stubbin (Harry Collett) juga ada di sana dan mereka masuk bersama menemui Dolittle. Setelah memikirkan banyak pertimbangan, akhirnya Dolittle memutuskan untuk keluar dari kediamannya dan menemui Ratu.
Singkat cerita, Dolittle harus pergi ke Pulau Pohon Eden untuk mengambil obat yang dapat menyembuhkan Ratu. Di sinilah perjalanan Dolittle bersama Stubbin dan teman-teman hewannya dimulai. Namun, tampaknya terlalu banyak yang ingin ditunjukkan dalam film ini, sehingga tidak ada fokus cerita. Stubbin yang Saya kira menjadi fokus utama film di awal, namun lama kelamaan perannya mulai sedikit di pertengahan film.
Dolittle dan kawanannya melewati banyak rintangan untuk mencapai Pulau Pohon Eden. Mereka harus mengambil jurnal yang dibuat Lily, kekasih Dolittle. Tapi tidak semudah itu, Dolittle harus melewati Raja Rassouli yang telah membenci Dolittle.
Film yang berlatar di Inggris pada tahun 1800-an ini memiliki aksen yang sangat kental. Namun, sayangnya Downey Jr. tidak berhasil menghadapi itu. Beberapa kritikus film bahkan mengatakan film itu mati setiap Downey membuka mulutnya.
“Ini benar-benar lembam, dan setiap kali Downey membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu yang tidak dapat dipahami, film ini sedikit mati,” kata Peter Bradshaw dari Guardian.
Di samping itu, emosi serta ambisi Downey yang sama-sama ia sampaikan di beberapa film Iron Man berhasil ia sampaikan juga di sini. Sikap bijaksana serta kepemimpinannya terlihat selama perjalanan mencari obat untuk Ratu.
Segmentasi Dolittle memang ditujukan untuk anak-anak. Jadi, wajar saja apabila orang dewasa merasa bosan menonton film ini. Di samping kekurangan yang disebutkan di atas, dari segi screenplay film ini cukup mengesankan. Binatang-binatang yang ditampilkan cukup terlihat nyata dan cukup berguna untuk anak-anak dalam mengembangkan imajinasinya. Sangat disayangkan, film ini sedikit memberi noda hitam pada karir film yang telah Downey tata dalam beberapa tahun ini dengan rating film 5.6/10 di IMDb dan 14% di Rotten Tomatoes.