Saya memperbaiki jam tidur menggunakan data teknologi

Tidur itu penting. Selain mengisi ulang energi, tidur juga membuat Anda terlihat lebih atraktif dan pintar. Di sisi lain, kurang tidur tidak hanya membuat kita mengantuk, tapi juga tampil tidak menarik dan kurang cerdas.

Menurut penelitian Rand Corporation, kurang tidur memangkas produktivitas senilai USD411 miliar dari ekonomi Amerika Serikat setiap tahun. Tidak hanya Amerika, Jepang pun kehilangan USD138 miliar karena masalah yang sama. Bagi Indonesia, jumlahnya tidak diperkirakan, namun produktivitas pekerja macet karena kurang tidur.

Enam bulan yang lalu, saya punya masalah tidur yang sangat parah. Kesibukan dan bejatnya lalu lintas Jakarta, membuat saya kerap pulang larut malam. Tanpa saya sadari, kebiasaan buruk saya ini membuat performa saya pun terpuruk. Saat itu, saya tidak terlalu peduli.

Sampai akhirnya saya mengutak-atik gelang pintar yang saya gunakan dua bulan terakhir ini. Di dalamnya, saya menemukan bahwa perangkat ini bisa merekam jam tidur saya. Perlu Anda ketahui, gelang pintar maupun jam tangan pintar biasanya terhubung dengan ponsel pintar dan mampu merekam data-data kesehatan penggunanya lewat tampilan aplikasi tersendiri.

Memanfaatkan aplikasi tersebut, saya jadi tahu, berapa jam saya tidur setiap harinya. Lebih dari itu, saya juga jadi tahu berapa jam saya tidur ringan dan berapa jam saya benar-benar terlelap.

Data ini sangat penting karena saya jadi punya patokan pasti mengenai gaya hidup saya. Serta membuat saya berkomitmen untuk terus menjaga kualitas hidup yang lebih baik.

Target saya adalah menjaga jam tidur minimal 7 jam sehari. Lalu, meningkatkan kualitas tidur (deep sleep) lebih tinggi lagi. Beruntungnya, saat ini, teknologi sleep tracking telah hadir di beragam produk jam tangan dan gelang pintar seperti, Samsung, Motorola, Garmin, Xiaomi, dan Fitbit. Harganya pun sangat terjangkau di pasaran. Bagaimana, apakah Anda mulai tertarik untuk memperhatikan jam tidur Anda?