Ulasan film Bumblebee, kisah penyelamatan Bumi sebelum Autobots
Film Bumblebee berkisah sebelum kejadian para Autobots hadir di Bumi. Silahkan simak ulasan film tersebut sampai tuntas. Tenang, tidak akan ada spoiler.
Pada tahun 2007 lalu film Transformers berhasil mengundang banyak perhatian penonton dengan alur cerita serta efek yang dihadirkannya. Selain Optimus Prime, salah satu protagonis yang menjadi idola orang-orang adalah robot Bumblebee.
Bumblebee sendiri berasal dari tim Autobots, kelompok jagoan dalam Transformers. Kelompo tersebut membawa misi perdamaian untuk planet Cybertron dan Bumi. Ada suatu hal mengapa karakter Bumblebee diangkat menjadi film tersendiri. Alasannya, banyak orang mengidolakan Bumblebee kkarena sifatnya yang jenaka. Ia berbeda dengan anggota tim Autobots lain yang cenderung serius.
Uniknya, film Bumblebee ini dibuat dengan latar tahun 1987. Berkisah tentang kejadian sebelum film Transformers. Ya, film ini juga termasuk prekuel Transformers.
Kejadian sebelum para Autobots hadir di Bumi
Kisah dimulai dengan pertempuran Autobots melawan Decepticons di planet Cybertron. Di planet tersebut, Autobots berusaha melindungi planet. Tetapi sayangnya karena kalah jumlah akhirnya Autobots terpaksa mundur dan mencari planet lain. Akhirnya Optimus Prime (Peter Cullen) memerintahkan Bumblebee (Dylan O'Brien) ke Bumi untuk mencari tempat perlindungan dan mengirim sinyal agar para Autobots dapat mendeteksi letaknya.
Sesampainya di Bumi, Bumbble Bee yang menyamar menjadi mobil VW Bettle berwarna kuning bertemu dengan seorang wanita bernama Charlie Watson (Hailee Steinfeld). Charlie sendiri adalah wanita yang sangat terobsesi dengan mesin mobil. Hal ini karena ia sering berada di dekat almarhum Ayahnya ketika sedang mereparasi mobil.
Setelah bertemu dengan Bummble Bee, hidup Charlie menjadi berubah. Tadinya dia adalah seorang yang pemurung lantaran selalu teringat almarhum Ayahnya. Kini dia tidak lagi merasa kesepian karena ada teman robot besar yang jenaka.
Sayangnya kebahagiaan pertemanan tersebut tidak berlangsung lama. Pasalnya, para Decepticons mengetahui keberadaan Bumblebee di Bumi. Para robot antagonis tersebut langsung meluncur ke Bumi dan mengetahui rencana para Autobots. Ada dua Decepticons yang menyambangi Bumi, yaitu Dropkick (Justin Theroux) dan Shatter (Angela Basset). Lebih parahnya lagi kedua robot Decepticons tersebut dapat mempengaruhi tentara di Bumi bahwa Bumblebee ingin menguasai planet tersebut.
Nah, di sinilah klimaks film dimulai. Apakah bagaimana cara Bumblebee dan Charlie melindungi Bumi dari ancaman Decepticons? Cerita selanjutnya silahkan Sahabat Tek saksikan sendiri ya. Saya tidak akan menceritakannya di sini agar Anda penasaran. Oiya, para tentara di Bumi, tepatnya tentara AS dipimpin oleh Agent Burns (John Cena) saat melakukan penyerangan terhadap Bumblebee.
Saya terhibur oleh film Bumblebee.
Ketika bertemu dengan Charlie, Bumblebee sama sekali tidak membuat wanita berumur 18 tahun tersebut merasa takut, malah sebaliknya. Saya merasa pertemuan Charlie dan Bumbleebee seperti orang yang menemukan seekor binatang piaraan yang dibuang oleh majikannya.
Sepanjang film, sutradara Travis Knight tidak menunjukkan bahwa robot yang dominan berwarna kuning tersebut terlihat sangar. Malahan menurut saya manusialah yang terlihat ‘kejam’. Charlie dan Bumblebee dipertemukan di sebuah tempat pembuangan mobil tua. Karena menyamar sebagai mobil VW Beetle lawas, adegan ini mengingatkan saya pada film Herbie: Fully Loaded yang diperankan oleh Lindsay Lohan sebagai Maggie Peyton.
Ingatan saya pada film yang rilis tahun 2005 tersebut semakin kental ketika mobil bertingkah kocak dan merepotkan si majikan. Perlu dicatat bahwa saya hanya merasa ‘diingatkan’ jadi tidak sepenuhnya adegan pertemuan dengan Bumblebee mengikuti film Herbie: Fully Loaded.
Kesenangan saya semakin menjadi ketika Dropkick dan Shatter adalah sebuah robot yang lebih canggih dibandingkan dengan Bumblebee, karena robot Decepticons tersebut dapat berubah menjadi persawat tempur dan mobil balap super kencang. Saya dibuat penasaran bagaimana Bumblebee menghadapi dua musuh yang mutakhir tersebut, sedangkan dirinya sendiri hanya sebuah robot yang menjadi mobil standar dan usang.
Dari sisi teknis, sayangnya film ini tidak dibuat menggunakan format layar dengan aspect ratio 2.35:1. Saya juga tidak mengerti mengapa film tersebut hanya memikul aspect ratio 16:9 yang lebar. Padahal sudah pasti bahwa ketika film aksi seperti Bumblebee dibuat berformat layar lebih lebar, penonton akan lebih puas. Namun kekecewaan saya terobati karena kebetulan saya menonton di bioskop yang memegang sertifikasi THX. Oleh karenanya, setiap detil suara, baik itu percakapan orang atau suara ledakan terdengar sangat baik.
Saya juga menyukai cara pengambilan gambar film. Setiap Bumblebee berubah menjadi robot, sang sutradara memperlihatkan detil pergerakan komponen di dalam tubuh kokoh robot ini. Selain itu, perubahan menjadi robot ke mobil atau sebaliknya terlihat mulus sehingga efek CGI tidak terlalu menganggu.
Saya merasa terhibur dengan film ini, dengan demikian saya menilai Bumblebee dengan angka 8/10.