AI di masa depan bakal punya kepribadian
Artificial Intelligence berkembang semakin canggih. Bahkan Google menyatakan akan mengembangkan Artificial General Intelligence, yang memiliki kepribadian layaknya manusia.
Dalam pembicaraannya di Google I/O 2019, Jeff Dean, pimpinan Google AI menyatakan bahwa perusahaan tersebut berencana untuk mengembangkan AI yang dapat bekerja lintas sektor. Artinya, raksasa teknologi ini bakal mengembangkan sebuah Artificial general Intelligence (AGI) yang dapat menyaingi bahkan melebihi kecerdasan manusia.
Dilansir dari Engadget (15/5), AGI digambarkan sebagai sebuah analogi dari manusia yang dapat berjalan dan berbicara dengan kepribadian tertentu. Contoh AGI dapat dilihat melalui beberapa film fiksi ilmiah, seperti Terminator atau The Vision dalam Marvel Avengers. Kendati begitu, keberadaan AGI di dunia nyata masih membutuhkan perjalanan yang sangat panjang.
Sebagaimana diketahui, saat ini kemampuan AI terbatas pada satu bidang saja, misalnya di sektor fotografi, efisiensi performa mesin atau mendeteksi adanya kemungkinan kemunculan penyakit tertentu. Menurut Nathan Michael, seorang profesor di Universitas Carniege Mellon, itu merupakan tujuan sempit dari kecerdasan buatan.
“AI general merupakan perwakilan dari konsep yang menyatukan berbagai jenis AI khusus ini.” ujar Michael ketika menjelaskan AGI. Ia juga menambahkan bahwa AGI bukanlah sebuah sistem mandiri, melainkan lebih seperti kumpulan AI yang bekerja secara bersama-sama.
Contoh sederhana adalah dengan melihat perkembangan bayi. Ketika lahir, seorang bayi manusia tidak memiliki kesadaran atau perasaan. Tidak ada yang mengendalikan mental bayi tersebut. Kemudian bayi akan membentuk kecerdasan organik melalui pengamatan terhadap lingkungan, membedakan berbagai macam benda dan belajar untuk bergerak. Proses yang sama akan berlaku untuk AGI. Kecerdasan buatan itu akan belajar melalui lingkungannya dan mengembangkan kecerdasannya untuk berbagai disiplin ilmu.
Secara teknis, butuh spesifikasi yang tinggi untuk mendukung AGI. Setidaknya perlu ada peningkatan di sektor prosesor, demikian pula dengan penyimpanan dan manajemen dayanya. Saat ini hal tersebut masih terbatas di level tertentu saja.
Namun khusus untuk penyimpanan data, Michael menyatakan bahwa ada kemajuan di sektor itu. Ia secara khusus mengatakan sudah memulai riset untuk memahami sifat data yang akan berpengaruh pada kinerja algoritma dan pengaruhnya terhadap kinerja sistem secara keseluruhan.
Tak dapat dipungkiri, kehadiran AI sudah masuk ke seharian kehidupan manusia saat ini. Manusia makin beradaptasi dengan keberadaan AI yang makin canggih dari waktu ke waktu. Pemanfaatannya dalam banyak bidang menjadi salah satu bukti otentik bahwa manusia mulai mengeksplorasi kegunaan AI dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar mempercantik hasil foto belaka.
Kita bisa melihat bagaimana Google Duplex dapat digunakan untuk membuat pesanan tempat di restoran. Google mendesain AI yang dapat membuat pesanan di restoran hanya melalui panggilan telepon. AI tersebut akan mendengarkan dan menguraikan kalimat yang dipaparkan, kemudian memberikan respon yang sesuai. Kedengarannya memang sederhana, namun sistem Google Duplex ternyata lebih kompleks dari sistem AI biasa.
Bisa saja di masa depan, kita akan menemui AI super canggih seperti pada film Terminator, iRobot dan film fiksi ilmiah lainnya. Namun harus diakui, hal itu masih butuh perjalanan yang sangat panjang.