ITER ingin ubah energi nuklir jadi sumber daya listrik tak terbatas pada 2035
Pengembang reaktor energi nuklir terbesar di dunia, ITER membeberkan ambisi untuk menyediakan sumber daya listrik yang tak terbatas bagi seluruh penduduk bumi.
Seorang ahli dari International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER) mengungkapkan sebuah ambisi untuk inovasi menjadikan energi nuklir sebagai penyedia sumber daya listrik yang tak terbatas. Bila hal tersebut terwujud, maka manusia tidak akan pernah kekurangan energi listrik untuk kebutuhan sehari-hari, selain itu ini juga dapat menjadi energi alternatif yang ramah lingkungan dibandingkan dengan energi fosil.
Dilansir dari Yahoo Tech (23/1), rencana ini memang terdengar 'gila' lantaran untuk mewujudkan hal tersebut perlu penelitian serta pengembangan yang tidak sebentar, ditambah biayanya juga sangat mahal. Walau begitu, bagi ITER ini bukanlah suatu hal yang mustahil untuk dicapai kendati tugas para peneliti cukup berat karena harus merancang mesin yang sangat kompleks dan bahkan tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
"Ini akan menjadi mesin yang paling kompleks yang pernah para peneliti bayangkan," ungkap Laban Coblentz, Kepala Komunikasi ITER.
Penggunaan energi nuklir untuk kepentingan sumber daya energi terbarukan bukan tanpa kritik, sebab energi tersebut dianggap sangat berbahaya. Sebab radiasi yang berpotensi ditimbulkan juga bisa jadi malah bencana serius bagi peradaban manusia alih-alih justru menjadi sebuah solusi terbaik.
Akan tetapi, bila memang dibutuhkan suatu energi yang paling efisien serta ramah lingkungan, maka energi nuklir merupakan jawaban terbaik untuk saat ini. Hanya saja memang pengelolaan sumber daya energi tersebut harus dirancang sedemikian rupa supaya dapat memperkecil segal risiko yang dapat ditimbulkan.
Adapun energi nuklir yang ingin dirancang oleh ITER kira-kkira meliputi 436 reaktor, yang mana ini dinilai sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik seluruh penduduk bumi. Sayangnya sebagaimana energi surya atau matahari, energi seperti itu masih akan menimbulkan residu berupa pancaran radioaktif yang cukup berbahaya bila tidak dapat dikelola secara baik.
ITER menyadari risiko tersebut maka dari itu kini pihaknya sedang berusaha mencari cara supaya bisa menghilangkan efek radioaktif dari reaktor dengan penelitian lebih lanjut. Kabarnya, ITER telah menghabiskan 22 miliar USD (sekitar Rp344 triliun) untuk bisa melanjutkan penelitian hingga saat ini.