sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
Rabu, 13 Sep 2017 15:32 WIB

Melihat peluang dari tren chatbot di Indonesia

Merek-merek besar di Indonesia mulai melirik peluang dalam teknologi Chatbot.

Suatu sore, saya iseng add Rinna di LINE. Untuk yang belum tahu, Rinna ini adalah mesin kecerdasan buatan Microsoft, beken disebut Chatbot. 

Saya tertawa karena Chatbot yang mengaku Remaja Kekinian itu menjawab saya tanpa canggung. "Coba kamu tanya sama rumput yg bergoyang aja,"

Taktik menggunakan Chatbot yang memiliki kepribadian ini mengingatkan saya kepada penggunaan maskot sebagai brand Ambassador. Coba pikirkan, Jakarta dengan maskot ondel-ondelnya. Saya tidak akan heran kalau suatu hari nanti, di LINE, akan ada ondel-ondel yang bisa diajak ngobrol. Tunggu saja.

Maskot inilah yang diberi sentuhan teknologi Artificial Intellegence (AI) agar bisa berinteraksi dengan konsumen. Menggunakan AI, maskot seolah hidup dan bisa diajak bercakap-cakap.

Merek-merek yang sudah beradaptasi dengan teknologi pun memanfaatkan kemampuan Chatbot ini untuk melayani keluhan pelanggan. 

Facebook Messenger, LINE, Telegram, dan aplikasi messenger lainnya menjadi "lingkungan" yang tepat untuk menggaet konsumen. Tidak butuh waktu lama merek-merek besar berinvestasi pada teknologi Chatbot ini. 

Kamis (24/8) kemarin, Telkomsel meluncurkan sistem layanan virtual baru yang mereka sebut GraPARI Virtual. Tidak lain tidak bukan, teknologi yang menjadi tulang punggung layanannya adalah, Chatbot.

Telkomsel tidak sendirian, nama besar lainnya yang sudah ikut nimbrung menggunakan chatbot adalah Unilever Indonesia dan BCA. Cara kerja sistem layanan ini pun serupa yakni, berjalan di atas platform messenger yang sudah mapan terlebih dahulu, Facebook Messenger, LINE, sampai Telegram.

Dampaknya bagi merek-merek tersebut cukup besar. BCA yang lebih dahulu menggunakan Chatbot sebagai corong komunikasi baru pun mengaku sudah mendapatkan manfaatnya. Norisa Saifuddin, Senior Vice President Marketing Communication BCA mengklaim, Chatbot VIRA milik BCA telah digunakan 400 ribu nasabah. Padahal layanan ini baru diluncurkan enam bulan yang lalu.

Nilai tambah Chatbot

Pertengahan tahun 2016, CenturyLink, sebuah perusahaan asal Amerika yang bergerak di bidang komunikasi menciptakan asisten virtual bernama Angie. Tugas Angie waktu itu adalah mengirim 30 ribu email tiap bulan. Angie harus menginterpretasikan semua respons yang masuk dan menentukan email mana yang potensial untuk menjadi peluang bisnis.

Angie juga membalas semua email potensial itu seperti cara manusia normal berkirim email. Angie mampu memahami 99% email yang masuk ke sistemnya. Sisa 1% yang tidak dipahaminya dikirimkan langsung ke managernya.

Tentu, investasi kecil Angie ini mampu menghemat waktu. Ini juga yang menjadi pembeda antara AI dan marketing tools lain. AI lebih mampu beradaptasi dan berkomunikasi secara manusiawi. Marketing tools cuma mengandalkan pola-pola yang didapat dari data statistik.

Hem! tampaknya tidak lama lagi era Chatbot ini akan berkembang di industri teknologi dan komunikasi Indonesia. Tunggu, artikel-artikel menarik lainnya soal Artificial Intelligence dan Chatbot di tek.id!

Share
×
tekid
back to top