sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id samsung
Senin, 04 Sep 2017 15:32 WIB

Menimbang revolusi transportasi di tangan Tesla

Sudah saatnya industri transportasi menengok ke produk alternatif anyar. Mari mempertimbangkan gagasan Tesla?

100 tahun lamanya insinyur-insinyur jenius, bahkan Thomas Alva Edison sendiri, berusaha mempopulerkan mobil elektrik. Namun, belum ada yang menyamai pencapaian Tesla. Pabrikan mobil elektrik asal Amerika ini meraih sukses setelah 13 tahun berkutat di inovasi mobil elektrik berkemampuan auto-pilot.

Tesla model 3 yang digadang-gadang sebagai mobil elektrik terjangkau sudah bisa dipesan sejak Mei 2016. Setahun kemudian, tepatnya 28 Juli kemarin, Tesla pun menyerahkan kunci mobil Model 3 kepada 30 pembeli pertamanya.

Perayaan ini disebut-sebut sebagai pencapaian baru di industri transportasi. Tesla mengklaim mobil elektrik Model 3 mereka sudah dipesan 400 ribu orang sejak Mei 2016. Masih ada 399.970 pembeli yang menunggu mobil Tesla model 3 dikirim hingga tahun depan.

Dikutip dari electrek, Ellon Musk, CEO Tesla, mengklaim lini produksi mereka akan tembus target 10.000 unit per minggu di 2018 nanti. Bila rencana ini berjalan mulus, bisa jadi Tesla dan mobil elektriknya akan mejadi “iPhone” di industri mobil dan merevolusi industri transportasi.

Tesla tidak ingin sendirian berupaya merevolusi industri mobil global dan menciptakan pasar baru di segmen mobil elektrik. General Motors punya visi yang sama, dan mereka menciptakan mobil listrik murahnya, Chevrolet Bolt. BMW juga tidak kalah menterengnya dengan meluncurkan BMW i3. Hanya saja, keduanya belum mampu menjualnya dalam angka ratusan ribu unit seperti yang dilakukan Tesla.

Seperti yang dilaporkan Harvard Business Review, Agustus ini, saham Tesla melonjak setelah mengumumkan pendapatannya. Perusahaan itu kini bernilai USD53 miliar atau setara Rp706 triliun. Tesla menjadi pabrikan mobil terpanas di Amerika dan masuk tiga besar pabrikan mobil global.

Menyingkirkan fakta bahwa Tesla masih punya hutang USD10 miliar, investor dan debiturnya sangat yakin dengan potensi perusahaan ini dalam mendominasi pasar mobil elektrik di masa depan.

Menimbang kekuatan disruptif

Bila dibandingkan dengan revolusi yang dilakukan Apple pada industri ponsel, 2007 lalu, Tesla masih kurang meyakinkan sebagai pemimpin revolusioner di industri mobil.

Saat Apple menemukan iPhone, mereka punya kapasitas untuk memproduksi jutaan unit iPhone, distribusi yang kuat, dan jaringan after sales yang siap. Tesla tidak punya kekuatan sebesar Apple saat memproduksi Model 3 secara massal. Inilah alasan mengapa mereka butuh satu tahun lebih untuk memproduksi dan mengirim Model 3 kepada 400 ribu pelanggannya.

Fakta lain, Tesla dan pabrikan mobil lainnya menggunakan pemasok komponen yang sama. Ini membuat jalan Tesla untuk mengubah industri transportasi penuh kerikil tajam.

Bloomberg menyampaikan, penyuplai spare part mobil dan pabrikan besar belum melihat antusiasme massif dari konsumen untuk membeli mobil elektrik. Kondisi ini membuat pelaku industri lebih memilih untuk bersifat konservatif.

Magna International Inc, penyalur spare part mobil terbesar di Amerika Utara melihat, mobil elektrik hanya akan mengaspal sebanyak 3-6 persen di 2025 nanti. Delphi Automotive Plc, penyalur sistem elektronik mobil pun mengamini hal ini. Mereka bahkan memprediksi, 30 persen mobil masa depan masih menggunakan mesin hybrid berbahan bakar gas dan listrik. Jumlah mobil full elektrik diprediksi hanya berkisar 5 persen saja di 2025.

Katalisator

Di balik semua sikap skeptis para industrialis kepada Tesla, Ellon Musk menjelaskan bahwa perusahaannya memiliki “master plan” berbeda. Menurutnya, Tesla adalah katalisator untuk merangsang pabrikan mobil lain memproduksi mobil elektrik secara massal.

Tidak diragukan lagi, setelah Tesla mempopulerkan mobil listrik, General Motors pun ikut memproduksi mobil listriknya. Tak Cuma General Motors, pabrikan lain pun mulai memproduksi mobil elektrik murah.

Hyundai, misalnya, diam-diam terinspirasi oleh Tesla dan menciptakan mobil full elektrik bernama IONIQ. Mobil ini diproduksi massal tahun lalu, namun gagal di pasaran karena jarak tempuhnya yang jauh lebih pendek daripada buatan Tesla dan General Motors.

Kini Hyundai tengah berupaya merealisasikan mobil elektrik berjarak tempuh 500 km sekali charge. Mereka berencana memproduksi massal mobil elektrik ini 2021 mendatang dan tengah mencari investor.

Tidak hanya berhenti di industri mobil, Tesla terus menjadi katalis untuk solusi energi modern yang memanfaatkan sumber energi dari baterai dan panel surya. Demi membangun visi masa depannya ini, Tesla menciptakan Gigafactory. Ini merupakan pabrik baterai Lithium-ion yang akan menyuplai energi terbarukan bagi kebutuhan rumah tangga dan bisnis.

Oleh sebab itu, mobil elektrik murah Model 3 yang diproduksi massal, punya posisi krusial dalam rancangan masa depan Tesla. Semua itu demi memberi tekanan kepada dunia agar beralih menggunakan solusi energi yang bersih dan terbarukan di masa depan.

Share
×
tekid
back to top