Misteri hari di Uranus terungkap! Hanya 17 jam
Menggunakan data dari teleskop radio dan pengamatan atmosfer, tim ilmuwan internasional menyimpulkan bahwa satu hari di Uranus berlangsung sekitar 17 jam.

Selama puluhan tahun, para astronom kesulitan menentukan panjang hari di Uranus—planet es raksasa dengan kemiringan sumbu ekstrem (98 derajat) yang unik. Berbeda dengan planet lain, Uranus tidak memiliki permukaan padat untuk dijadikan acuan, sehingga pengukuran rotasinya menjadi tantangan besar. Namun, penelitian terbaru yang dilaporkan New Atlas akhirnya berhasil memecahkan teka-teki ini!
Menggunakan data dari teleskop radio dan pengamatan atmosfer, tim ilmuwan internasional menyimpulkan bahwa satu hari di Uranus berlangsung sekitar 17 jam, 14 menit, dan 24 detik. Angka ini lebih panjang dari perkiraan sebelumnya (16-17 jam) yang didasarkan pada pengukuran tidak langsung pada 1980-an. Kunci temuan ini terletak pada analisis pola angin dan rotasi inti planet melalui gelombang radio yang dipancarkan atmosfer Uranus.
Uranus, yang mengorbit Matahari sambil "tertidur" (seolah berguling), memiliki medan magnet tidak simetris yang menyulitkan pelacakan rotasi. Peneliti menggunakan teknik mirip "pencitraan Doppler" untuk memetakan pergerakan awan metana di stratosfernya. Hasilnya, kecepatan rotasi atmosfer dekat khatulistiwa mencapai 360 km/jam—lebih cepat dari kecepatan angin tertinggi di Jupiter!
Temuan ini tidak hanya menjawab pertanyaan lama, tetapi juga membantu memahami struktur internal Uranus. Misalnya, periode rotasi yang sama antara atmosfer dan inti planet mengindikasikan bahwa lapisan awan tebalnya terhubung erat dengan inti es-rock di dalam. Hal ini berbeda dengan Jupiter atau Saturnus, di mana atmosfer dan inti berotasi pada kecepatan berbeda.
Penelitian ini juga membuka jalan untuk mempelajari dinamika cuaca ekstrem di Uranus, seperti badai raksasa dan pola awan yang berubah musiman. Namun, misteri lain masih tersisa: mengapa suhu atmosfer Uranus lebih dingin daripada Neptunus meski jaraknya lebih dekat ke Matahari?
Keberhasilan ini diharapkan memicu minat baru pada misi robotik ke Uranus. NASA dan ESA saat ini sedang mempertimbangkan Uranus Orbiter and Probe yang mungkin diluncurkan pada 2030-an. Dengan data lebih akurat, manusia akhirnya bisa mengungkap rahasia planet yang sering disebut "raksasa es yang terabaikan" ini.