sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id poco
Senin, 02 Sep 2024 11:59 WIB

Peneliti ciptakan masker dengan sensor pemantau kesehatan

Salah satu inovasi terbaru adalah masker dengan sensor yang dapat menganalisis napas penggunanya untuk memantau kondisi kesehatan mereka.

Peneliti ciptakan masker dengan sensor pemantau kesehatan
Caltech/Wei Gao and Wenzheng Heng

Dalam era teknologi yang semakin maju, perangkat wearable yang dapat memantau kesehatan semakin populer. Salah satu inovasi terbaru adalah masker dengan sensor yang dapat menganalisis napas penggunanya untuk memantau kondisi kesehatan mereka.

Masker ini, yang dikenal sebagai EBCare (Exhaled Breath Condensate), dikembangkan oleh tim peneliti di California Institute of Technology (Caltech). Dilansir dari New Atlas (2/9), masker ini dirancang untuk memantau berbagai kondisi kesehatan, termasuk penyakit pernapasan seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (COPD), dan infeksi pasca-COVID-19.

Berbeda dengan masker pintar lainnya yang memantau karakteristik fisik seperti laju, suhu, atau kelembapan napas, EBCare fokus pada identifikasi bahan kimia tertentu dalam napas pengguna. Saat pengguna menghembuskan napas, napas yang lembap didinginkan melalui sistem yang menggabungkan pendinginan evaporatif dan pendinginan radiasi. Hasilnya, tetesan air dalam napas mengembun menjadi bentuk cair.

Cairan ini kemudian ditarik ke serangkaian saluran mikro melalui aksi kapiler, yang membawanya ke reservoir. Sensor di reservoir ini kemudian menganalisis cairan tersebut, masing-masing sensor diatur untuk mendeteksi bahan kimia tertentu. Data sensor ini kemudian dikirim secara nirkabel ke aplikasi di smartphone pengguna, yang menampilkan hasilnya secara real-time.

Dalam uji coba yang dilakukan pada pasien dengan asma dan COPD, masker EBCare berhasil mendeteksi kadar nitrit yang dihembuskan, yang merupakan senyawa yang terkait dengan peradangan saluran napas. Masker ini juga berhasil mengukur kadar amonium yang dihembuskan, yang berkorelasi dengan kadar urea dalam darah – kadar urea yang tinggi dalam darah merupakan indikator masalah ginjal.

Selain itu, masker ini juga mampu mengukur kadar alkohol dalam darah melalui napas, menunjukkan bahwa masker ini dapat digunakan sebagai alternatif yang lebih murah untuk alat breathalyzer elektronik.

Peneliti utama, Prof. Wei Gao, menyatakan bahwa perangkat ini dirancang untuk memiliki biaya material hanya sekitar satu dolar jika diproduksi secara komersial. “Studi awal ini adalah bukti konsep,” katanya. "Kami ingin mengembangkan teknologi ini untuk menggabungkan berbagai penanda yang terkait dengan berbagai kondisi kesehatan. Ini adalah dasar untuk menciptakan masker yang berfungsi sebagai platform pemantauan kesehatan umum yang serbaguna".

Dengan teknologi ini, pengguna dapat memantau kesehatan mereka secara real-time tanpa harus mengunjungi klinik, memberikan kemudahan dan efisiensi dalam manajemen kesehatan sehari-hari.

Share
×
tekid
back to top