Robot ini bisa melakukan eksperimen layaknya ilmuwan
Tanpa bimbingan langsung dari para peneliti, robot berjalan selama delapan hari berturut-turut, bekerja total 172 dari 192 jam dan hanya berhenti selama dua setengah jam sehari untuk mengisi ulang baterainya.
Para peneliti di University of Liverpool berhasil mengembangkan ilmuwan robot yang dapat melakukan percobaan, menganalisa hasil, dan memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Semua itu dikabarkan dapat dilakukan secara mandiri. Dilansir dari New Atlas (10/7), berat robot ini sekitar 400 kg dengan tinggi 1,75 meter.
Dilihat dari bentuknya, robot tersebut sangat mirip dengan lengan mekanik yang ada di jalur pabrik manufaktur. Meski demikian, ilmuwan robot ini telah menjalani beberapa modifikasi agar menjadikannya lebih cocok untuk keperluan sains, termasuk desain tangan yang dapat mencengkeram. Desain ini memungkinkannya dapat mengambil botol kaca dan menekan tombol dengan lembut.
Robot ini berjalan di sekitar labolatorium berkat sistem Lidar agar dapat mendeteksi objek yang ada di sekitarnya. Seperti para ilmuwan lain, hal yang paling mengesankan mengenai robot ini adalah otaknya. Ia telah diprogram dengan algoritma terperinci yang memungkinkannya mengeksplorasi sekitar 98 juta eksperimen yang mungkin untuk dijalankan, memilih mana yang harus dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan hasil pengujian sebelumnya.
Dalam percobaan pertama ini, para peneliti di University of Liverpool membiarkan ilmuwan robot itu bergerak bebas di labolatorium, dengan tujuan menyelidiki katalis baru untuk memecah air menjadi hidrogen. Robot dapat melakukan setiap langkah percobaan, termasuk menimbang benda padat, mengeluarkan cairan, menyinari lampu, menjalankan reaksi, dan mengukur keluaran hidrogen. Kemudian ia menentukan percobaan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Tanpa bimbingan langsung dari para peneliti, robot berjalan selama delapan hari berturut-turut, bekerja total 172 dari 192 jam dan hanya berhenti selama dua setengah jam sehari untuk mengisi ulang baterainya. Kala itu robot ini melakukan 688 percobaan dan berhasil mengidentifikasi fotokatalis baru yang enam kali lebih aktif daripada yang lain.
Meski robot tersebut mungkin sudah membuat beberapa ilmuwan terkesan, para peneliti lebih menganggapnya sebagai alat penelitian daripada pengganti manusia. Manusia akan tetap diperlukan untuk mempertimbangkan masalah yang harus dipecahkan, serta merancang eksperimen yang akan dijalankan robot untuk mencapai solusi.