Siap-siap, Artificial Intelligence bakal gantikan manusia
Era baru sudah tiba, kalau tidak beradaptasi siap-siap dilibas.
November 1997, Gary Kasparov, seorang grand master catur paling tangguh dunia di saat itu, kalah bermain catur melawan super komputer IBM, Deep Blue. Tahun itu pun diingat sebagai salah satu tonggak teknologi. Sama pentingnya seperti pendaratan manusia pertama di Bulan. Kasparov pun bahkan menuduh IBM curang karena menduga ada Grand Master lain yang membantu Deep Blue.
Saya tidak akan membahas panjang lebar soal itu di sini. Namun, dua puluh tahun sesudah peristiwa itu, era mesin yang berpikir sendiri sudah tiba.
CTO Dattabot, Imron Zuhri dalam seminarinya di Social Media Week Jakarta, Kamis (14/9) menyadarkan saya, bagaimana kecerdasan buatan ini telah kita pakai dalam teknologi sehari-hari. Dalam Waze, Google Maps, Google Search, bahkan dalam media sosial besar, seperti Facebook dan LINE.
Seperti yang Anda tahu, Artificial Intelligence (AI) ini mengambil data dari perilaku sehari-hari Anda. Oleh sebab itu, tidak heran bila Google bisa memberi tahu Anda, kapan KRL terakhir sampai di stasiun kereta. Sehingga, notifikasi masuk di ponsel Android Anda otomatis tanpa Anda minta.
Imron mengatakan, "Bagi Anda social media expert, SEO engineers, Anda harus mempelajari tren ini karena dunia tidak lama lagi akan mengadopsi tren ini. Jadi, mesin pencari di sosial media dan Google akan mencari kata-kata yang diprediksi punya ikatan dengan kata pencarian Anda sebelumnya."
Bicara soal AI dalam media sosial, Imron mengatakan, sudah ada akun-akun bot yang mampu menarik ribuan follower, membalas komentar pengikutnya dengan lebih natural, membaca mood Anda dan menyesuaikan jawabannya ketika membalas di kolom komentar.
Menggantikan manusia
Tentu, mesin atau robot berkemampuan AI ini membantu produktivitas Anda, membantu membaca analytical tools, dan lain-lain.
Ini artinya, di masa depan, Anda tidak perlu tim media sosial yang gemuk lagi untuk menjalankan strategi komunikasi marketing Anda. Anda cukup duduk ditemani aplikasi media sosial marketing seperti, Salesforce. Kemudian, Anda tinggal menyuruh Salesforce mencari data-data apa pun yang terkait dengan brand atau produk Anda di media sosial.
Setelah itu, Anda tinggal membuat promo untuk disebarkan ke pelanggan Anda yang terkait dengan brand atau foto produk Anda.
Imron sampai-sampai berimajinasi, "Di masa depan, kita akan menjadi satu dengan kecerdasan buatan itu. Tidak aneh kalau nanti kita akan menjadi bionik, punya ransel CPU khusus, di otak kita ada tambahan chipset di kepala kita, jadi kalau kita upgrade RAM tinggal bilang bos, bos saya pakai RAM terbaru, naik gaji dong."
Imron tidak menutupi, ketika dia membangun dattabot, dia terpaksa merumahkan 20 karyawannya karena pekerjaan mereka bisa digantikan aplikasi robot berkemampuan AI.
Apa yang harus dilakukan?
Tentu, Anda berpikir akan ada banyak pekerjaan, di sektor sales, marketing, dan costumer services, yang digantikan mesin-mesin cerdas ini.
Dalam sudut pandang Imron, cara kerja kita lah yang harus diubah. Kehadiran mesin-mesin AI ini, membuat kita harus bekerja lebih manusiawi. Biarkan AI ini melakukan hal-hal yang semestinya dilakukan mesin, sehingga bagian-bagian penting yang lebih membutuhkan sentuhan manusia lebih kita gali.
"Move on, jangan terpaku pada hal-hal yang tidak produktif seperti tools-tools metriks, jumlah like di Facebook, jumlah share, dan lain-lain. Fokuskan diri kita untuk lebih jauh menggali nilai dari produk atau layanan yang ditawarkan agar lebih menyetuh emosi target audience kita," ujarnya.
Saya bertanya pada Imron, sebagai seorang editor, apa yang harus saya lakukan agar bisa berkolaborasi dengan kecerdasan buatan ini ke depannya?
Imron menjawab, "Ada dua hal, bergabunglah ke sisi client, ke perusahaan teknologi. Berikan insight kepada kami bagaimana seorang editor berpikir. Kedua, tentu dalam industri media, editor punya peran memberi nilai pada berita yang di-publish. Jadi, tinggalkan pekerjaan-pekerjaan mekanis, berikan sentuhan-sentuhan nilai pada berita Anda. At least sampai sekarang, belum pernah ada mesin yang mampu sampai mendapatkan wangsit (ide)."
Jadi, bagi pekerja kreatif, setidaknya masih aman ketika AI ini nanti berkembang pesat.