Software pengenal wajah bisa bantu lindungi hewan langka
Software dan aplikasi pengenal wajah yang dirancang di Michigan State University mampu melindungi primata yang terancam punah
Software dan aplikasi pengenal wajah yang dirancang di Michigan State University dikatakan mampu melindungi primata yang terancam punah. Kera emas misalnya telah kehilangan begitu banyak habitat mereka. Hewan itu sendiri kini hanya bisa ditemukan di taman nasional Afrika atau Madagaskar.
Dalam rentang enam tahun terakhir saja lebih dari 22.200 kera besar telah hilang karena perdagangan ilegal. 'intervensi diperlukan untuk menghentikan dan mengembalikan penurunan populasi ini. Pengenalan wajah oromatis adalah salah satu cara kita dapat membantu memerangi kehilangan ini," kata Anil Jain, Profesor Besar Ilmu Komputer dan Teknik MSU serta penulis senior pada penelitian ini.
Pelacakan memang merupakan bagian penting dari upaya pelestarian satwa liar. Secara tradisional, petugas konservasi menangkap dan menandai hewan dengan perangkat pelacak guna mengawasi keberadaan mereka.
Namun pendekatan itu terbilang mahal, harga perangkatnya saja disebut peneliti MSU berkisar USD400 (Rp5,5 juta) hingga USD4.000 (Rp55,9 juta). Langkah ini juga bisa membahayakan hewan, menyebabkan mereka stres, luka fisik bahkan mati.
Sementara itu, software besutan tim MSU yang disebut PrimNet mampu menghindari kekurangan dari pelacakan tradisional tersebut. Untuk merancang software itu, para peneliti mulai dengan menghasilkan sebuah dataset gambar untuk tiga spesies primata yaitu kera emas, lemur dan simpanse. Kemudian mereka mengambil ribuan foto hewan itu di alam liar. Selanjutnya mereka menggunakan kumpulan data itu untuk melatih neural network guna mengenali masing-masing hewan.
Para peneliti membangun aplikasi yang sesuai diebut PrimID, untuk membuat sistem PrimNet mudah digunakan. Alhasil peneliti atau petugas konservasi cukup mengambil foto hewan dan memasukannya dalam aplikasi.
Setelah itu, sistem akan menghasilkan kecocokan yang diklaim tim MSU memiliki akurasi hingga 90 persen. Jika dirasa tidak cocok, aplikasi berbasis Android itu akan menawarkan hingga lima kandidat potensial lainnya berdasarkan kumpulan data mereka. Kedepannya tim itu juga akan terus menambah dataset mereka agar layanan mereka lebih baik lagi.
"Ke depan, kami berencana untuk memperbesar dataset primata kami, mengembangkan detektor wajar primata, dan berbagai upaya kami melalui website open-source,” ujar Jain.