sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id wd
Kamis, 13 Des 2018 14:07 WIB

Umat manusia kini berada di masa depan AI

Para ahli merumuskan soal masa depan manusia di era teknologi kecerdasan buatan. Tidak kurang dari 979 ahli bertukar pikiran bagi masa depan umat.

Umat manusia kini berada di masa depan AI

Perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) jadi penentu masa depan umat manusia. Oleh karena itu tidak kurang dari 979 ahli di bidang penemuan, teknologi, pengembang aplikasi, hingga penentu kebijakan, berkumpul untuk merumuskan masa depan umat manusia.

Laporan para ahli yang terbit di halaman Pew Research Center (10/12), menyebutkan, AI akan membuat pekerjaan umat manusia jadi lebih efektif. Kendati begitu, AI juga bakal merambah ke dalam otonomi dan kapabilitas manusia.

Komputer mungkin akan melebihi kecerdasan dan kemampuan manusia dalam menyelesaikan tugas. Mereka mengambil contoh, dalam hal membuat keputusan yang sulit, mempelajari alasan-alasan tertentu, menganalisa dan mengenali pola-pola, mengenali bahasa, AI akan unggul.

Semua hal di atas memang mampu menghemat waktu, tenaga, dan uang. Tidak berlebihan juga kalau kita bilang, manusia akan menikmati kesempatan di era otomatisasi yang lebih terkostumasi (costumized).

Berikut beberapa topik yang menjadi perhatian para ahli di antaranya adalah;

Posisi manusia

Di era digital, orang-orang akan mulai kehilangan kemandirian, privasi, dan kamampuan untuk memilih. Pasalnya AI akan mampu membuat pilihan penting secara otomatis. Semakin tergantung pada AI, manusia makin tidak punya kontrol dalam proses di balik keputusan tersebut.

Penyalahgunaan data

Alat-alat berbasis teknologi AI akan menjadi tangan kanan perusahaan untuk mencapai keuntungan. Pemerintahan yang mengandalkan AI juga memanfaatkannya untuk melanggengkan kekuasaan. Bahayanya, sistem ini berjejaring secara global dan tidak mudah untuk membuat regulasi ataupun mengendalikannya.

Hilangnya pekerjaan

Efisiensi dan keuntungan ekonomi yang diberikan AI akan terus menciptakan disrupsi bagi semua aspek pekerjaan manusia. Meski memang beberapa pekerjaan baru tercipta, yang lain akan khawatir soal hilangnya pekerjaan tradisional secara besar-besaran.

Mengurangi kemampuan individu

Banyak yang menilai kemampuan AI tentang meniru kapasitas manusia akan sangat berguna. Kendati begitu efeknya sangat buruk, terutama ketika mengurangi kemampuan kognitif, mempersempit ruang sosial, dan mengurangi kemampuan bertahan (survival skill) individu.

Berdampak bagi struktur sosiopolitik

Beberapa ahli memprediksi akan adanya pengikisan terhadap struktur sosiopolitik di era AI yang bakal maju pesat. Terlebih lagi saat meningkatnya kemampuan otomatisasi di bidang militer dan informasi menjadi senjata. Kebohongan dan propaganda mampu mengguncang stabilitas kelompok. Sampai-sampai ada ketakutan, kriminal siber (cybercriminal) akan menggapai sistem ekonomi nantinya.

Solusi

Kepentingan global jadi yang utama

Para ahli menilai, prioritas utama pemanfaatan AI ini untuk kepentingan umat manusia di atas kepentingan individu. Oleh karena itu harus ada kesepakatan besar untuk memfasilitasi inovasi dengan pendekatan yang lebih luas. Semua demi mempertahankan kendali atas hubungan manusia-AI yang bakal rumit ke depannya nanti.

Sistem berbasis nilai kemanusiaan

Umat manusia perlu mengembangkan aturan agar AI bisa diarahkan bagi kepentingan kemanusiaan dan kebaikan bersama.

Tata ulang sistem ekonomi politik

Perlu adanya penataan ulang sistem ekonomi dan politik yang mengarah pada perluasan kapasitas serta kapabilitas umat manusia. Hal ini demi menjaga relevansi manusia dari bahaya tren kolaborasi manusia dengan AI di masa depan.

67% suara partisipan dalam perkumpulan para ahli itu berharap, manusia akan lebih unggul daripada AI di 2030 nanti. Sementara 37% suara lainnya, pesimis dengan kondisi umat manusia.

Erik Brynjolfsson, Direktur MIT Initiative on the Digital Economy menyampaikan, "Hasil (baik-buruk) tidak bisa dihindari. Pertanyaannya bukanlah 'Apa yang akan terjadi?' tapi 'Apa yang akan kita pilih?' Kita harus bekerja agresif untuk memastikan teknologi (AI) itu sesuai dengan apa yang kita anut. Hal ini bisa dan harus dilakukan di semua level, pemerintah, bisnis, akademisi, dan individu," ujarnya.

Share
×
tekid
back to top