MacOS di Indonesia paling sering diserang malware
Di wilayah Asia, Indonesia menjadi negara yang paling banyak terkena serangan virus dan malware di perangkat macOS.

Banyak orang beranggapan bahwa sistem operasi (OS) macOS adalah OS yang paling aman saat ini. Hal ini dikarenakan para pengguna Windows sering kali melaporkan komputer mereka terkena virus atau malware.
Faktanya, macOS pun dilaporkan mendapatkan banyak serangan selama 2019 ini. Bahkan, di wilayah Asia, Indonesia menjadi negara yang paling banyak terkena serangan virus dan malware di perangkat milik Apple tersebut.
Dalam siaran pers yang diterima tim Tek.id (28/1), para peneliti di Kaspersky menyebut bahwa Indonesia menyumbang sebesar 16,7% kasus, diikuti oleh Filipina sebesar 15,8%, lalu Malaysia sebesar 14,6%.
Virus dan malware yang menyebar di laptop macOS pada 2019 adalah Shlayer. Malware ini digunakan untuk memasang program adware di perangkat pengguna yang kemudian meneror pengguna dengan memberikan iklan terlarang, mencegat dan mengumpulkan permintaan browser pengguna, serta memodifikasi hasil pencarian untuk mendistribusikan lebih banyak pesan iklan.
- Peretasan robot vacuum: Ketika teknologi dieksploitasi untuk menyebarkan kebencian
- Google Chrome tambah enkripsi berbasis aplikasi untuk melindungi cookie dari malware
- Peneliti Belgia temukan celah privasi di sejumlah aplikasi kencan
- Pembaruan palsu Chrome di Android dapat mencuri data perbankan pengguna
Kebanyakan perangkat yang terjangkit malware ini adalah para pengguna macOS 10. Setelah diperiksa, adware yang paling banyak dipasang adalah AdWare.OSX.Bnodlero, AdWare. OSX.Geonei, AdWare.OSX.Pirrit dan AdWare.OSX.Cimpli.
Proses infeksi sering terdiri dari dua fase, diawali dengan pengguna menginstal Shlayer, kemudian malware menginstal jenis adware yang dipilih. Setelah itu, pengguna akan diarahkan ke banyak situs yang berisi iklan yang berbahaya.
Skema lain adalah malware ini mendireksikan ke halaman pembaruan Adobe Flash palsu, yang kemudian akan mengarahkan pengguna dari berbagai layanan online besar dengan jutaan pemirsa, termasuk YouTube, di mana tautan ke situs web berbahaya dimasukkan dalam deskripsi video, dan Wikipedia, dan tautan semacam itu disembunyikan di dalam artikel.
Para peneliti Kaspersky menemukan 700 domain dengan konten berbahaya dan kebanyakan ditempatkan di berbagai situs yang sah.