Persaingan teknologi fast charging: Apple dan Samsung tertinggal dari merek tiongkok
Merek-merek seperti Xiaomi, Oppo, Vivo, dan OnePlus telah mengambil langkah jauh lebih maju dalam teknologi pengisian cepat (fast charging).
Dalam dunia teknologi ponsel yang terus berkembang pesat, Apple dan Samsung dulu dianggap sebagai pionir dalam inovasi. Namun, saat ini mereka mulai kalah dalam persaingan kecepatan pengisian baterai dari merek ponsel Tiongkok. Merek-merek seperti Xiaomi, Oppo, Vivo, dan OnePlus telah mengambil langkah jauh lebih maju dalam teknologi pengisian cepat (fast charging), menciptakan perbedaan yang signifikan dalam pengalaman pengguna.
Dilansir dari Gizmochina (22/11), salah satu alasan utama mengapa Apple dan Samsung kalah dalam balapan ini adalah karena mereka lebih berhati-hati dalam mengembangkan teknologi fast charging. Apple dan Samsung menetapkan kecepatan maksimum charging sekitar 45W, sementara merek-merek Tiongkok telah mencapai hingga 240W.
Misalnya, Realme GT 5 mendukung fast charging sebesar 240W, yang dapat mengisi baterai 4.600mAh penuh dalam waktu hanya 9,5 menit. Ini adalah perbedaan yang sangat besar dibandingkan dengan fast charging dari Apple dan Samsung.
Merek-merek Tiongkok juga telah melakukan investasi besar dalam penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan efisiensi baterai dan kecepatan charging tanpa mengorbankan kesehatan baterai. Teknologi dual cell, yang mengisi dua sel secara bersamaan, adalah salah satu inovasi yang telah membantu meningkatkan kecepatan pengisian tanpa merusak baterai. Misalnya, iQOO 11 Pro memiliki kemampuan fast charging sebesar 200W melalui sistem dual cell.
Selain itu, Apple dan Samsung telah mengambil pendekatan yang lebih konservatif dalam pengembangan teknologi fast charging, dengan fokus pada menjaga kesehatan baterai. Mereka mengklaim bahwa teknologi fast charging yang lebih tinggi dapat merusak baterai dan mengurangi umur pakai baterai. Namun, teknologi fast charging yang lebih tinggi dari merek-merek Tiongkok telah terbukti dapat digunakan dengan aman dan efisien.
Merek-merek Tiongkok juga telah lebih cepat dalam mengadopsi teknologi fast charging dan mempromosikannya sebagai fitur utama pada produk mereka. Ini telah membuat mereka lebih menarik bagi konsumen yang mencari kecepatan pengisian baterai yang lebih tinggi dan pengalaman pengguna yang lebih baik. Apple dan Samsung, di sisi lain, lebih fokus pada pengembangan fitur lain seperti layar melengkung dan dukungan OS yang lebih lama.
Dalam berbagai tes dan ulasan, terlihat bahwa teknologi fast charging dari merek-merek Tiongkok lebih efisien dan cepat dibandingkan dengan Apple dan Samsung. Misalnya, Xiaomi 13 Ultra dapat mengisi baterai dalam waktu sekitar 30 menit, sementara Galaxy S23 Ultra dari Samsung memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai tingkat penuh. Hal ini menunjukkan bahwa merek-merek Tiongkok telah berhasil mengatasi tantangan teknis yang dihadapi oleh Apple dan Samsung dalam pengembangan teknologi fast charging.
Meskipun Apple dan Samsung masih memiliki basis pengguna yang kuat dan produk yang berkualitas, mereka harus lebih proaktif dalam mengembangkan teknologi fast charging untuk tetap kompetitif di pasar global. Dengan adanya inovasi dari merek-merek Tiongkok, Apple dan Samsung harus mempertimbangkan untuk meningkatkan kecepatan pengisian mereka agar tetap relevan dan menarik bagi konsumen.
Dengan demikian, balapan fast charging ponsel telah membawa perubahan besar dalam industri ini, dengan merek-merek Tiongkok yang berada di depan dalam inovasi dan pengembangan teknologi. Apple dan Samsung harus beradaptasi dengan cepat untuk tetap kompetitif dan memenuhi ekspektasi konsumen yang semakin tinggi terhadap kecepatan pengisian ponsel.