sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id acer

Alvin Tse, Mi gaib, dan tantangan Xiaomi di Indonesia

Sulit dimungkiri, Xiaomi bisa sukses melesat atau gagal menjadi pemimpin pasar karena satu faktor terpenting: dirinya sendiri.

Alvin Tse, Mi gaib, dan tantangan Xiaomi di Indonesia
Alvin Tse, Country Director Xiaomi Indonesia (Wahyu Kurniawan/Tek.id))

TKDN sebagai sandungan pertama

Banjirnya smartphone asal Tiongkok di Indonesia membuat pemerintah bertindak. Mereka memaksa pabrikan untuk merakit produknya di Indonesia. Dengan demikian, vendor tak hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar semata.

Kementerian Perindustrian mengeluarkan kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sejak 2016. Aturan ini mengharuskan smartphone yang memiliki dukungan jaringan 4G untuk menyertakan komponen yang dibuat di dalam negeri. Tiap smartphone yang akan dirilis di Indonesia harus memiliki komponen dalam negeri sebanyak 30%, baik dari sisi hardware, software atau investasi.

Aturan ini berhasil mengerem ekspansi beberapa perusahaan Tiongkok. OnePlus dan Coolpad, misalnya, memilih untuk mundur karena enggan memenuhi aturan TKDN. Sementara Xiaomi memilih untuk memenuhinya.

Xiaomi memilih jalur hardware dengan menggandeng PT. Sat Nusapersada. Sat Nusapersada merupakan pabrikan smartphone milik Erajaya Group. Berkat kerja sama tersebut, Redmi 4A yang diluncurkan pada 2017, menjadi smartphone pertama Xiaomi yang memenuhi TKDN.

Tak hanya dari sisi manufaktur, Xiaomi pun bekerja sama dengan Erajaya Group untuk memasarkan produknyamelalui jaringan ritel Erajaya.

Setahun sebelumnya, Xiaomi menghadirkan Mi Home atau Mi Concept Store di Pondok Indah Mall (PIM), Jakarta. Fasilitas ini memungkinkan Mi Fans atau pelanggan untuk merasakan produk - produk baru Xiaomi. Mi Home pun berfungsi sebagai toko ritel, sehingga Mi Fans bisa melakukan pembelian di toko tersebut.

Tahun 2016 menjadi masa yang sulit bagi banyak vendor ponsel pintar di Indonesia, tak terkecuali Xiaomi. Karena itulah, penjualan Xiaomi menurun. Malahan, di tahun 2016, Xiaomi hanya membawa dua perangkat saja ke Indonesia, yaitu Redmi Note 3 dan Redmi 3 Prime. Itu pun dengan rentang waktu yang lumayan jauh. Padahal, di negara asalnya, mereka merilis banyak produk.

Keberhasilan kerja sama denga PT. Sat Nusapersada membuahkan hasil. Setahun kemudian, April-Desember 2017, Xiaomi berhasil meluncurkan 5 produk. Di tahun 2018, Xiaomi kembali agresif. Mereka merilis 12 smartphone sepanjang tahun 2018. Namun, tahun ini pulalah yang menandai citra gaib melekat di Xiaomi.

 

Bermula pada April 2018, Xiaomi merilis Redmi Note 5 melalui flash sale. Antusiasme penggemar membuat produknya langka di pasar. Isu gaib tak berhenti di Redmi Note 5, tetapi berlanjut ke produk-produk selanjutnya.

Menariknya, pada tahun yang sama, Xiaomi juga memperkenalkan Pocophone F1, smartphone berspesifikasi tinggi dengan harga yang benar-benar murah, sekitar Rp4 jutaan.

Pocophone sendiri adalah sub-brand yang merupakan proyek Jai Mani, salah satu Lead Project Manager Xiaomi. Smartphone ini menuai respons yang cukup bagus karena dukungan Snapdragon 845 - chipset tertinggi untuk smartphone di tahun tersebut.

Hal berbeda justru terjadi di tahun ini. Berdasarkan catatan kami, hingga November 2019, Xiaomi hanya meluncurkan enam model smartphone atau separuh dari tahun lalu. Namun yang menarik, mereka sudah menyediakan lebih banyak produk pendukung, dari powerbank, earphone, VR, hingga sejumlah perangkat smart home. Tidak hanya itu, Xiaomi juga memboyong Mi Band dan smartwatch ke Indonesia.

    Share
    ×
    tekid
    back to top