sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id samsung

Alvin Tse, Mi gaib, dan tantangan Xiaomi di Indonesia

Sulit dimungkiri, Xiaomi bisa sukses melesat atau gagal menjadi pemimpin pasar karena satu faktor terpenting: dirinya sendiri.

Alvin Tse, Mi gaib, dan tantangan Xiaomi di Indonesia
Alvin Tse, Country Director Xiaomi Indonesia (Wahyu Kurniawan/Tek.id))

Realme, pesaing terkuat Xiaomi di Indonesia

Realme memulai debut di Indonesia pada Oktober 2018 melalui tiga produk: realme C1, realme 2 dan realme 2 Pro. Mereka menjualnya secara online melalui Lazada. Sama seperti Xiaomi, realme juga mengumumkan rekor penjualan: 10 ribu unit dalam waktu 40 detik.

Realme tak membutuhkan waktu lama untuk menyiapkan pabrik karena bisa menumpang ke Oppo. Sebagai informasi, Oppo, Vivo, dan realme bernaung di satu induk perusahaan yang sama, yakni BBK.

Realme juga bisa menumpang fasilitas servis dan toko ke saudara tuanya itu. Walhasil, hanya dalam waktu setahun, perkembangannya sangat cepat. Realme telah membuka 421 toko retail resmi di Indonesia, tak hanya di kota besar, namun juga kota di provinsi dan kabupaten/kota.

Dalam satu tahun ini, realme bisa menghadirkan layanan 116 layanan purna-jual. Tak hanya itu, mereka pun menghadirkan layanan perbaikan instan yang disebut "Callme Service", dan akan membuka 11 layanan purna-jual resmi realme di setiap kota besar di Indonesia hingga akhir tahun 2019.

Untuk memperkuat penjualan offline, Public Relations, Realme Indonesia, Tiyuk Grahayu, mengatakan, realme telah menggandeng 15.000 toko. Infrastruktur yang mapan ini memungkinkan realme untuk merilis 11 produk di Indonesia hingga bulan November 2019. Harganya mulai Rp1.999.000- Rp3.999.000.

Perjalanan produk realme dalam setahun terakhir

Harga realme sebenarnya sedikit lebih mahal dibanding Xiaomi, namun stok yang melimpah, jaringan penjualan luas, dan kampanye massif, membuat penjualannya sangat tinggi.

Menutup 2019 ini, realme berencana merilis ponsel flagship, yakni realme X2 Pro. Ponsel mendatang ini digadang-gadang akan menjadi ‘The Most Powerful Flagship King’ karena didukung prosesor Snapdragon 855+, SuperVooc Flash Charge 50 watt dan dukungan layar 90 Hz Ultra Smooth Display. Realme X2 Pro meluncur ke Indonesia pada tanggal 27 November 2019.

 

Realme mengklaim, telah memiliki lebih dari 2,5 juta pengguna di Indonesia. Meski pada awalnya dikenal sebagai sub-brand Oppo, realme memilih jalur berbeda dengan Oppo. Realme pada awalnya lebih mengincar jalur online ketimbang melalui retail offline. Mereka sukses karena memang pasar offline tak punya banyak pemain selain Xiaomi. Apalagi, Lenovo dan Motorola, Zuk, sudah mundur dari Indonesia.

Kesuksesan realme juga tak lepas dari kampanye massif mereka di internet. Tiap merilis produk baru, perusahaan menggandeng puluhan media daring, YouTuber, dan influencer. Dengan demikian, eksposur produknya selalu tinggi dengan narasi yang terkendali.

Agresivitas realme terbukti mampu menekan laju Xiaomi. Data IDC di kuartal ketiga 2019, Xiaomi terlempar ke posisi kelima dengan pangsa pasar 12,5%. Oleh karena itu, tak mengherankan jika Xiaomi akhirnya bertekad memperluas jaringan ritel.

 

Alvin Tse mengatakan, hingga saat ini, Xiaomi sudah punya 51 official store. Tahun depan, mereka berencana membuka puluhan Authorized Mi Store di beberapa kota. Authorized Mi Store merupakan outlet resmi Xiaomi yang menawarkan layanan penjualan dan menghadirkan pengalaman belanja terbaik untuk membeli jajaran produk Xiaomi. Selain smartphone, Authorized Mi Store juga menyediakan produk ekosistem Xiaomi, seperti Mi Band 2, Mi Power Bank, Mi Bluetooth Speaker, dan lainnya.

 

Apakah strategi itu akan berhasil membendung desakan realme?

 

“Di bawah kepemimpian baru, Anda bisa harapkan dua perubahan

besar: pertama, kami akan bicara dan berbagi lebih banyak sehingga orang

makin mengerti apa yang dilakukan Xiaomi. Kedua, kami harus melihat apa

diinginkan oleh konsumen, bukan yang terlalu murah, tapi tidak terlalu

mahal juga, tapi betul-betul produk yang mereka butuhkan,” katanya.

 

 

Alvin mengaku percaya diri, termasuk untuk membawa produk high-end ke Indonesia. Kuncinya, kata Alvin, adalah konsistensi. Kedua, investasi dalam mengedukasi.

 

“Setiap flagship Xiaomi harus punya angle khusus karena kalau Anda pergi ke peluncuran produk, biasanya agak mirip. Biasanya, konsumen yang membeli produk high-end, mereka hanya membeli yang paling mahal biaya marketing-nya. Xiaomi tidak banyak pengeluaran pada marketing. Kami ingin menawarkan flagship yang berbeda. Contohnya, gaming flagship untuk gamer, yang membutuhkan beda. Ada juga camera flagship untuk kebutuhan fotografi saja. Dan tentu saja ada Poco F1 yang fokus pada performance. Dengan tipe portofolio itu, Mi fans punya pilihan-pilihan yang lebih jelas,” katanya.

Share
×
tekid
back to top