sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id wd

Startup yang boncos dan yang untung karena Covid-19

Kondisi pandemi corona atau Covid-19 jelas mengubah lanskap bisnis, baik perusahaan yang sudah mapan maupun startup. Lantas bagaimana virus corona berdampak pada startup di Indonesia?

Startup yang boncos dan yang untung karena Covid-19
Source: Pexels

E-commerce dan marketplace

E-commerce menjadi salah satu startup yang meraup berkah dari Corona. Betapa tidak, kebijakan untuk belajar, bekerja hingga beribadah di rumah, mendorong semua orang untuk melakukan transaksi secara online dalam memenuhi kebutuhan pokok. Terlepas dari suplai pasokan yang tentu terkendala, eksistensi e-commerce dan marketplace berikut ekosistemnya bak malaikat dalam kondisi pandemi corona.

Tanpa harus menggencarkan campaign secara jor-joran, pelanggan akan tetap menjadikan layanan toko online ini sebagai solusi di tengah pandemi. Ketimbang menggelontorkan dana untuk campaign besar, dukungan yang akan membantu mempermudah pelanggan dalam kondisi pandemi tampaknya akan lebih berarti. Misalnya, subsidi gratis ongkos kirim, dan sebagainya. Tak etis pula rasanya untuk menggelar kemeriahan di tengah kondisi saat ini.

Tampaknya, e-commerce dan marketplace pun menyadari hal tersebut. Tokopedia, misalnya, membatalkan selebrasi Ramadan Ekstra yang sudah menjadi agenda tahunan perusahaan sejak 2018. Dibanding selebrasi, startup yang didirikan William Tanuwijaya tersebut memilih untuk fokus membantu menanggulangi penyebaran Corona di Indonesia. 

“Walau telah melalui persiapan berbulan-bulan, kami memutuskan selebrasi tidak akan menjadi fokus di Ramadan tahun ini.Tokopedia akan fokus membantu upaya pemerintah dalam menanggulangi persebaran Covid-19. Kami berkomitmen memastikan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan tanpa harus ke luar rumah, menjaga kelangsungan bisnis para penjual, sekaligus turut mendorong pemulihan ekonomi Indonesia, lewat kampanye #JagaEkonomiIndonesia,” kata William Tanuwijaya, CEO dan Founder Tokopedia.

Di sisi lain Shopee tetap menggelar campaign yang getol digalakkan di setiap bulan. Misalnya, Shopee 4.4 yang digelar beberapa waktu lalu. Namun demikian, marketplace tersebut menyesuaikan berbagai promosi dalam campaign tersebut dengan tetap membantu pelanggan dalam memenuhi kebutuhan mereka dari rumah.

Terkait dampak dari sisi operasional, Public Relations Lead Shopee - Aditya Maulana Noverdi mengatakan, belum melihat dampak signifikan. Pasalnya, transaksi di Shopee, menurutnya, masih berjalan seperti biasa. Lain halnya dengan Jd.id dan Blibli yang mengakui adanya peningkatan transaksi secara signifikan, meski perusahaan tak memberikan rincian.

“Seiring dengan anjuran pemerintah kepada masyarakat agar tetap #DiRumahAja, data kami menunjukan peningkatan jumlah pesanan konsumen secara signifikan. Konsumen semakin memaksimalkan penggunaan layanan e-commerce untuk memenuhi semua kebutuhan sehari-harinya, khususnya untuk kategori groceries, alat kesehatan dan multi vitamin,” kata Marketing Chief Jd.id Mia Fawzia kepada Tek.id.

Perubahan yang jelas terlihat dan dibenarkan beberapa e-commerce adalah meningkatnya permintaan akan produk kesehatan. Shopee, Jd.id, Blibli dan Tokopedia menyebut adanya peningkatan pencarian dan transaksi produk kategori kesehatan serta barang-barang kebutuhan sehari-hari. Sayangnya, perusahaan tak mengungkap rincian peningkatan tersebut.

“Kami melihat adanya peningkatan transaksi terutama pada produk kebutuhan sehari-hari dan kesehatan personal sejak awal Maret. Setelah pengumuman resmi dari pemerintah akan kasus COVID-19 pertama, peningkatan terlihat pada produk sanitasi, makanan ringan, serta makanan instan. Memasuki masa kerja di rumah (WFH), pembelian beralih ke produk-produk makanan segar seperti sayur, buah-buahan, dan makanan beku, multivitamin dan suplemen, serta produk-produk sembako seperti minyak goreng dan beras,” kata Vice President of Public Relations Blibli, Yolanda Nainggolan.

Secara cukup rinci, Tokopedia memaparkan transaksi kategori kesehatan meningkat hampir tiga kali lipat. Selain dari sisi penjualan produk, jumlah penjual baru untuk kategori kesehatan pun meningkat hampir 2,5 kali pada Maret ini.

“Kesehatan, Keperluan Rumah Tangga, Makanan dan Minuman merupakan 3 kategori produk yang meningkat signifikan selama Maret. Pada kategori Perawatan Kesehatan dan Pribadi, misalnya, terjadi kenaikan transaksi hampir 3 kali lipat,” kata VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak. 

Catatan Tokopedia menunjukkan hand sanitizer, vitamin dan masker menjadi produk yang banyak dicari masyarakat di kategori Kesehatan. Nilai penjualan masker tercatat meningkat 197 kali dibanding bulan-bulan sebelumnya selama Maret 2020. Di sisi lain, ada satu waktu di mana dalam 42 menit, 72.000 hand sanitizer terjual habis.

Terlepas dari meningkatnya jumlah transaksi, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal menjadi momok menakutkan yang dirasakan karyawan lintas perusahaan. Bukan lagi cerita baru bahwa beberapa perusahaan melakukan PHK massal di beberapa wilayah akibat corona yang berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan.

Disinggung terkait hal ini, Shopee menyatakan, tidak ada kebijakan efisiensi perusahaan, termasuk pengurangan karyawan, setidaknya sejauh ini. 

Senada dengan Jd.id yang mengatakan “Kami menerapkan sistem kerja dari rumah atau Work From Home kepada karyawan kami di beberapa departemen. Namun, pada departemen logistik, customer service, dan purna jual akan tetap diberlakukan jam kerja normal untuk memaksimalkan layanan kami kepada konsumen. Hingga saat ini juga tidak ada pengambilan keputusan untuk mengurangi jumlah karyawan.”

Menilik ketergantungan masyarakat akan e-commerce dalam kondisi saat ini, tampaknya kebijakan untuk efisiensi dengan PHK karyawan tak akan dilakukan. Amannya kondisi e-commerce juga tampak dari dukungan investor. 

Kepada Tek.id Yolanda Nainggolan mengatakan sejauh ini investor Blibli yakni GDP Venture masih mempercayai performa perusahaan. Bahkan perusahaan modal ventura lokal tersebut mendukung Blibli untuk tetap memenuhi kebutuhan pelanggan.

“Sampai sejauh ini, investor sekaligus funding kami, GDP Venture, masih 100% menaruh kepercayaan kepada Blibli. Investor kami adalah perusahan modal ventura lokal, sehingga pada saat kondisi prihatin seperti pandemi virus corona saat ini, justru mendukung Blibli untuk siap beroperasi penuh untuk mendukung penyediaan produk-produk kebutuhan primer para pelanggan di tengah terbatasnya mobilitas akibat Covid-19,” ujarnya.

 

Startup Kesehatan

Bisa jadi, startup yang bergerak di bidang kesehatan merupakan salah satu sektor yang diuntungkan dalam kondisi saat ini. Pasalnya, startup yang rata-rata menawarkan konsultasi langsung dengan dokter ini dapat menjadi alternatif masyarakat yang ingin berkonsultasi mengenai kesehatan, terutama terkait Covid-19. 

Jonathan Sudharta, CEO Halodoc kepada Tek.id, mengungkapkan, ada peningkatan pengguna hingga lebih dari 300% di platform Halodoc. 

“Kalau secara pengguna, memang kita meningkat cukup drastis… Ada lebih dari 300 persen week on week pertumbuhannya,” kata Jonathan. 

Tidak hanya itu, konsultasi jarak jauh yang ditawarkan aplikasi ini juga membantu pengguna untuk tidak perlu datang ke rumah sakit saat hendak melakukan konsultasi awal, terutama terkait dengan Covid-19. Ini dapat menjadi solusi bagi para pasien agar menghindari kerumunan orang. 

Sampai saat ini, penyebaran corona belum memberikan dampak bagi rencana pendanaan Halodoc. Bahkan, Jonathan mengatakan, para investor Halodoc sejak awal sudah mengetahui bahwa industri kesehatan adalah industri yang inelastis, artinya tidak bergantung pada situasi, termasuk ekonomi.

Dalam rangka membantu memerangi Covid-19, terutama di Indonesia, Halodoc tidak diam. Startup ini melakukan sejumlah langkah untuk membantu para penggunanya, seperti menggratiskan biaya konsultasi khusus Covid-19, menyediakan fitur untuk melakukan pemeriksaan dini, hingga memberdayakan layanan pengantaran obat langsung ke kediaman pasien. 

“Jadi, kita ikut mencegah melalui informasi, mencegah melalui alat seperti masker, hand sanitizer, mencegah melalui peningkatan antibodi, seperti vitamin maupun perawatan atau pengobatan melalui konsultasi dokter kami dan penggunaan obat untuk Covid-19,” kata Jonathan. 

Terkait efisiensi perusahaan, Jonathan menyebut sampai saat ini belum ada kebijakan yang mengarah ke efisiensi perusahaan, seperti pengurangan pegawai. Kata dia, Halodoc masih dalam keadaan yang baik. 

Dia sendiri belum dapat memprediksi bagaimana bisnis startup kesehatan akan berjalan selepas pandemi Covid-19. Menurutnya, perubahan ini harus dilihat lebih lanjut lagi dan masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan. Tapi yang jelas, dia memprediksi ada beberapa perubahan perilaku di konsumen, seperti penggunaan hand sanitizer

Dampak pandemi corona bagi startup di Indonesia

    Share
    ×
    tekid
    back to top