BCA lebih baik memanfaatkan nasabah millenial dibanding bank lain
Penetrasi mobile banking di Indonesia 72 persen. Sementara di Singapura cuma 67 persen.
Pada ajang Banking and Financial Industries Forum, Telkomtelstra berbagi sebuah temuan menarik. Millenial Indonesia merupakan kelompok penting bagi institusi keuangan. Daya belinya pun terhitung lebih besar dari kelompok demografi dewasa.
Bahkan, temuan menarik lainnya adalah penetrasi mobile banking (m-banking) pada millennial di Indonesia lebih tinggi (72 persen) daripada Singapura (67 persen).
Di Indonesia, seperti halnya di Inggris, Amerika Serikat, dan Cina, besaran rata-rata daya beli generasi millenial telah melampaui kelompok demografi lainnya. Hal ini menjadikan mereka sebagai kelompok demografi terpenting bagi institusi keuangan. Namun, tidak seperti generasi-generasi sebelumnya, millenial menuntut keterlibatan dalam berinteraksi di platform mobile dengan cara-cara baru yang lebih inovatif.
Erik Meijer, Presiden Direktur Telkomtelstra mengatakan posisi perbankan Indonesia saat ini telah cukup baik karena mampu menarik nasabah millenial melalui platform mobile mereka. Erik juga mengatakan, perbankan di Indonesia telah berinvestasi pada platform yang tepat.
Sementara itu, perilaku konsumen millenial Indonesia memposisikan mobile sebagai platform utama. Di antara negara-negara yang menjadi bagian penelitian Telkomtelstra, Indonesia memiliki jumlah millennial terbesar, yaitu sebesar 54 persen. Adapun perihal penetrasi mobile, millennial Indonesia memiliki angka yang lebih baik, yakni sebesar 84 persen. Amerika Serikat saja hanya memiliki angka penetrasi perangkat mobile 74 persen.
Seperti halnya Amerika dan Cina, sebagian besar millennial Indonesia menggunakan layanan keuangan melalui smartphone setiap bulan. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia, Amerika, dan Cina cenderung menggerakan kurva pertumbuhan lebih dulu dibandingkan negara lainnya, seperti Australia, Hong Kong, Selandia Baru, dan Singapura.
Telkomtelstra juga mengungkapkan perbandingan bank-bank besar di Indonesia. Dari data itu terlihat bahwa Bank Negara Indonesia (BNI) memiliki jumlah nasabah millennial terbesar (62 persen) dibandingkan bank berbasis konsumen lainnya. Kendati demikian, nasabah BNI memiliki jumlah paling rendah dalam hal penggunaan m-banking.
Bank Central Asia (BCA), CIMB Niaga, dan Bank Mandiri memiliki jumlah konsumen millennial yang besar dalam penggunaan m-banking. BCA dapat memanfaatkan posisinya sebagai bank yang populer di kalangan millennial untuk memimpin di ranah digital.
Saat ini, BCA memiliki layanan internet banking, m-banking, maupun digital wallet (Sakuku).
"Transformasi digital di bank-bank Indonesia sangat menjanjikan dan telah memberikan dampak yang sangat nyata kepada pelanggan. Penting artinya bagi institusi keuangan tradisional untuk menggunakan berbagai teknologi programmable yang disruptif untuk mengurangi biaya akuisisi pelanggan dan biaya jasa marginal secara signifikan,” ujar Rocky Scopelliti, Global Industry Executive for Financial Services Telstra.
Dalam penelitiannya, Telstra menggunakan Milennial, Mobile, Money Index (3MI) sebagai tolok ukur untuk mengamati seberapa cepat institusi-institusi keuangan di delapan pasar dunia mentransformasikan model bisnis mereka untuk merespon disrupsi dari tren demografi serta digitalisasi.
Telstra juga melakukan penelitian yang melibatkan 164 eksekutif jasa keuangan global. Hasilnya, mereka menemukan bahwa hampir seluruh organisasi tradisional membutuhkan transformasi pada model bisnis terdahulu mereka agar menjadi lebih tangguh dalam menghadapi tantangan era digital.
Pengguna teknologi digital yang memanfaatkan teknologi terkini seperti kecerdasan buatan, cloud, API dan otomatisasi proses robotik sebenarnya dapat menghemat biaya hingga 67 persen biaya operasional dan 98 persen biaya akuisisi pelanggan.