sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id wd
Senin, 09 Okt 2017 10:26 WIB

Cara belanja generasi Z beda 180 derajat dengan millenials

Generasi Z memilih belanja di mal ketimbang di internet.

Ketika generasi Z ingin belanja, mereka memilih untuk pergi ke toko. Itu kesimpulan dari hasil survei yang dilakukan PriceWaterhouse Coopers (PwC).

Dikutip dari business insider, survei yang dilakukan PwC menunjukkan bahwa generasi Z lebih memilih belanja di toko daripada lewat online. Dalam survei ini, PwC mewawancarai 2.395 konsumen di Amerika dan 301 di antaranya adalah konsumen generasi Z.

Survei menjelaskan bahwa generasi Z yang dimaksud adalah konsumen usia 13 sampai 21 tahun. Konsumen berusia 13 sampai 16 tahun disebut sebagai generasi Z muda.

Hasilnya, 81% responden generasi Z mengatakan lebih memilih berbelanja di  toko. Sementara 40% mengatakan bahwa hanya ingin berbelanja di toko.

Konsumen generasi Z yang berusia di atas 17 tahun bahkan lebih unik lagi. Mereka rela mengganti kebiasaan belanja online mereka dengan berbelanja ke toko.

Pilihan cara belanja mereka ini membuat mereka berbeda dengan generasi millenials. Tampaknya, generasi Z mengapresiasi mal sebagai tempat untuk hang out.

Ketika ditanya apa yang disukai ketika berada di toko, mereka menjelaskan bahwa pengalaman berbelanja di toko merupakan faktor utamanya. Penglaaman yang menyenangkan dan situasi yang lebih hidup sering kali disebut sebagai jawaban mereka atas survei tersebut.

Ada kemungkinan pilihan cara belanja generasi muda ini karena mereka belum memiliki kartu kredit mauapun debit sendiri. Tidak menutup kemungkinan bila beranjak lebih tua nanti, pilihan cara belanja mereka akan seperti millenials. Suatu hari nanti, kala mereka tidak punya banyak waktu luang, mereka akan memilih kenyamanan ketimbang pengalaman.

Bagaimana dengan Indonesia?

Sayangnya, PwC tidak melakukan riset serupa di Indonesia. Namun, sebagai gambaran saja, kita bisa mengacu kepada data Badan Pusat Statistik (BPS) 2017. Menurut BPS, berdasarkan survei kecil terhadap 10.500 rumah tangga, sebanyak 15 persen di antaranya sudah melakukan belanja online karena ada penetrasi produk tertentu. Ada kecenderungan golongan menengah ke atas yang semakin tinggi pendapatannya, semakin getol pula berbelanja online.

BPS masih kesulitan menjaring data belanja online secara keseluruhan.Sebagai solusinya, BPS sudah bekerja sama dengan beberapa pihak untuk mengumpulkan data transaksi belanja online e-commerce. Tujuannya adalah guna mengukur daya beli masyarakat.

Share
×
tekid
back to top