Gen-Z dan ngabuburit: Merayakan tradisi Ramadan di era digital
Generasi Z lebih cenderung memilih ngabuburit secara digital, mengakses media sosial, streaming musik, dan platform online lainnya.
Dalam menjalankan bulan suci Ramadan, generasi Z menunjukkan kecenderungan yang menarik dalam memilih cara ngabuburit mereka. Seiring dengan perkembangan teknologi dan literasi digital yang tinggi di kalangan generasi Z, ngabuburit digital semakin menjadi pilihan utama mereka untuk merayakan momen berharga ini.
Sejak tahun 1980-an, tradisi ngabuburit telah mengakar kuat di masyarakat Indonesia, terutama di Kota Bandung. Awalnya terkait dengan acara musik, ngabuburit berkembang menjadi momen bersantai sambil menunggu waktu berbuka puasa. Namun, dengan masuknya era digital, preferensi masyarakat terhadap ngabuburit pun ikut berubah.
Menurut survei yang dilakukan Katadata Insight Center (KIC) dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 2021, 60 persen dari generasi Z termasuk dalam kelompok responden dengan literasi digital tinggi. Angka ini mengungguli generasi sebelumnya, seperti generasi Y (54 persen) dan generasi X (39 persen).
Menariknya, riset terbaru dari Deloitte menegaskan bahwa generasi yang lebih muda, termasuk generasi Z, tidak hanya terpapar, tetapi juga sangat terhubung dengan penggunaan teknologi digital. Fakta ini diperkuat dengan data yang dibagikan oleh Think with Google, yang mengungkapkan bahwa konsumen Indonesia, terutama generasi muda, cenderung mencari konten video dalam berbagai format selama "me time" di bulan Ramadan.
Menurut Think with Google, platform YouTube menjadi primadona di antara generasi Z, dengan pencarian terkait gaya hidup Islam atau Muslim meningkat pesat sebanyak 2.3 kali lipat dari tahun 2022 hingga 2023. Hal ini mencerminkan pergeseran preferensi konsumen yang semakin mengarah pada konten digital yang mendukung nilai-nilai keagamaan dan mencerminkan gaya hidup Islami.
Dengan tingginya literasi digital, generasi Z lebih cenderung memilih ngabuburit secara digital, mengakses media sosial, streaming musik, dan platform online lainnya. Belum lagi, platform TikTok yang semakin berkembang turut menambahkan dimensi baru dalam ngabuburit generasi Z. Dengan adanya content creator di TikTok, mereka dapat dengan lebih dinamis dan kreatif menyampaikan pesan-pesan keagamaan serta merayakan momen Ramadan dengan gaya yang unik dan menyegarkan.
Meskipun demikian, ngabuburit tradisional tetap memiliki tempat istimewa dalam hati generasi Z. Sebagian dari mereka mungkin memilih untuk merayakan momen ini secara konvensional bersama keluarga atau teman-teman dekat, sambil tetap memanfaatkan keuntungan dari kemajuan teknologi.
Penting untuk dicatat bahwa baik ngabuburit digital maupun tradisional, esensi dari kebersamaan, kebahagiaan, dan spiritualitas tetap menjadi fokus utama. Dengan terus berkembangnya platform-platform digital, generasi Z dapat memilih cara yang paling sesuai dengan gaya hidup mereka untuk merayakan Ramadan dengan penuh makna dan keceriaan.