sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id realme
Kamis, 31 Agst 2017 12:12 WIB

Gurihnya pasar influencer marketing Indonesia

Makin banyak merek yang memanfaatkan influencer untuk menjual produk. Apa alasannya?

Gurihnya pasar influencer marketing Indonesia

Selama periode 2014-2016, data Google Trends menunjukkan peningkatan meyakinkan dalam aktivitas influencer marketing. Dalam 12 bulan terakhir saja, pencarian kata kunci influencer marketing meningkat lebih dari 325 persen di wilayah Amerika Serikat. 

Influencermarketinghub dalam studinya mendapati, ada lebih dari 230 platform dan agensi baru yang mewadahi influencer ini. Semuanya pun baru lahir 2 tahun belakangan, kala tren ini menanjak.

Tren ini rupanya juga sampai di Tanah Air. Salah satu platform yang menghubungkan influencer dan brand pun lahir di Indonesia, 2012 lalu, SociaBuzz. Dalam situs resminya, mereka mengklaim telah mewadahi lebih dari 14.007 influencer lintas media sosial.

SociaBuzz memberikan daftar panjang nama-nama influencer mulai dari selebtwit, blogger, YouTuber, hingga selebgram. Rade Tampubolon, selaku CEO SociaBuzz bahkan mengklaim juga menaungi figur publik seperti Indra Bekti, Tarra Budiman, Marisa Nasution, sampai Kemal Pahlevi di bawah SociaBuzz.

COO Digital Nusantara Advertising, Glenn Jolodoro, berpendapat, pertumbuhan bisnis influencer marketing ini akan terus meninggi di tahun-tahun mendatang. “Karena di dunia digital segala hal itu akan semakin spesifik. Mereka (influencer) ini akan menjawab segala hal spesifik yang tidak bisa dijawab media mainstream. Seorang jurnalis mungkin tidak punya waktu banyak untuk review produk, di situlah dibutuhkannya influencer. Waktu mereka cukup banyak untuk me-review itu,” ujar Glenn.

Glenn menambahkan, bisa jadi, agensi-agensi periklanan akan langsung menyasar influencer. Ini akan mempersempit kue iklan untuk media konvensional, dan dampaknya cukup terasa bagi media televisi. “Kita tahu, pemirsa televisi tidak tumbuh, sementara digital terus tumbuh. Anggaran belanja iklan televisi inilah yang dialirkan ke mereka (influencer),” kata Glenn.

“Sekarang, sekitar 30 sampai 40 persen brand meminta jasa influencer. Itu pun tergantung objektif-nya apa. Kalau brand membutuhkan efek yang viral, lebih membumi, dan humanis, mereka akan langsung ke influencer.”

Menurut Glenn, SociaBuzz Glenn akan tumbuh signifikan. Walaupun, dalam beberapa kasus, pemegang merek bisa saja mengakses influencer secara langsung. 

Menariknya. kata dia, UMKM saat ini sudah cukup cerdas memanfaatkan aktivitas pemasaran model ini. “Sejauh ini, respons UMKM dalam aktivitas influencer marketing cukup bagus.” kata Glenn.

Edy Kusuma, Brand Manager Vivo Indonesia juga pernah menjelaskan, influencer mampu menciptakan pemasaran Word of Mouth (WOM). WOM merupakan elemen paling powerful dalam mempromosikan produk. Karenanya, tidak mengherankan jika Vivo kini memiliki skuad influencer berjumlah lebih dari 50 orang. Delapan di antaranya merupakan figur publik yang dikenal luas masyarakat Indonesia.

Bangkitnya Selebgram

Indonesia kini tidak asing lagi dengan istilah selebgram. Pengguna Instagram dengan jumlah pengikut yang banyak, mulai dilirik merek-merek sebagai endorser. Saking tingginya perputaran duit di sektor ini, pemerintah bahkan berencana memungut pajak kepada para selebgram. Ditjen Pajak memperkirakan, potensi penerimaan pajak dari bisnis ini mencapai Rp15,6 triliun per tahun.

Kalangan artis masih menjadi pemuncak daftar influencer mahal di Instagram. Menurut data SociaBuzz, tarif per posting untuk artis sekaliber Chelsea Olivia mencapai Rp20 juta, Olla Ramlan Rp10 juta. Memang, tidak semua influencer mematok harga tinggi. Ada juga yang mematok harga ratusan ribu sekali posting. Semuanya tergantung pada jumlah pengikut di Instagram dan harga yang dipatok si selebgram sendiri.

Mengapa Instagram?

Instagram sebagai platform berbagi foto dan video pendek menjadi lokasi yang pas untuk memperkenalkan produk secara visual. Instagram lebih mudah dipahami dan memanjakan mata.

Di samping itu, banyak studi yang menunjukkan bahwa influencer marketing, terutama micro-influencer, lebih original daripada selebritas dalam hal mengiklankan produk. Mereka memiliki gaya sendiri untuk menilai sebuah produk. Tidak jarang, brand menggunakan pendekatan yang sesuai dengan influencer itu sendiri.

L’Oreal menjadi salah satu studi kasus yang menarik. Produk kecantikan ini berinvestasi dengan menggunakan banyak micro-influencer, seperti beauty blogger. L’Oreal tidak mengekang mereka untuk me-review produk sesuai gaya sang beauty blogger. Bahkan, L’Oreal membolehkan kritik atas produk tidak disukai sang blogger.

Rahasia kesuksesan influencer memengaruhi pengikut mereka cukup sederhana. Mereka tahu apa yang disukai pengikutnya. Perkembangan influencer marketing cukup menarik untuk kita ikuti, apakah akan terus tumbuh atau hanya tren sesaat. Apa pun itu, fakta yang jelas saat ini adalah ternyata media sosial juga bermanfaat secara finansial terhadap sebagian penggunanya.

Share
×
tekid
back to top