Huawei di Indonesia: banyak gaya di segmen atas, loyo di menengah-bawah
Baru meluncur sehari yang lalu dan digadang-gadang menantang Samsung Galaxy S10, namun minat warganet terhadap Huawei P30 Pro terbilang rendah.
Huawei P30 Pro baru saja rilis di Perancis, Selasa (26/3). Ponsel pintar ini sebenarnya padat fitur, terutama di bagian kamera utamanya. Hanya saja, gaungnya belum terasa sampai ke Indonesia. Minat warganet terhadap P30 Pro tergolong rendah jika dibandingkan dengan pesaingnya, seperti Samsung Galaxy S10 yang meluncur pada 8 Maret dan Xiaomi Mi 9 pada 20 Februari.
Hal ini setidaknya tergambar dari data Google Trends dalam sebulan terakhir. Ketertarikan warganet terhadap Xiaomi Mi 9 dan Samsung Galaxy S10 jauh melampaui Huawei P30 Pro. Xiaomi Mi 9 memang telah rilis di China 20 Februari, kemudian diikuti perilisan global (24/2).
Kendati begitu, bukan berarti rilis lebih dahulu berpengaruh terhadap data Google Trends. Buktinya, Galaxy S10 juga mampu bersaing dengan Mi 9 yang lebih dahulu meluncur. Samsung Galaxy S10 unggul tipis dari Xiaomi Mi 9.
Bagaimana di Indonesia?
Warganet Indonesia masih menunjukkan minat yang tinggi terhadap Samsung Galaxy S10, demikian juga Xiaomi Mi 9. Bisa jadi, hal ini karena Huawei P30 Pro belum menyentuh pasar Indonesia. Hanya saja, Mi 9 pun hingga hari ini, belum resmi masuk pasar Indonesia. Namun kueri pencariannya sangat tinggi.
Tiga hari sebelum peluncuran global Huawei P30 Pro, ada kontraksi di Google Trends mengenai penelusuran produk ini. Sejak 24 Maret, minat warganet dengan kata kunci Huawei P30 Pro meningkat menjadi 37 (dari 100). Padahal, rata-rata minat warganet dalam menelusuri kata kunci Huawei P30 Pro selama sebulan terakhir hanya 6 (dari 100).
5 wilayah terbesar yang menunjukkan minat terhadap Huawei P30 Pro di Indonesia adalah Kepulauan Riau, Yogyakarta, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur. Hanya saja persentasenya tidak sampai 20% dibanding minat pengguna terhadap produk flagship Samsung maupun Xiaomi.
Melalui data di atas, setidaknya kita bisa menarik kesimpulan bahwa Huawei kurang gencar dalam penetrasi mereka ke pasar maupun dalam aktivitas branding. Memang, dibanding Samsung, misalnya, promosi Huawei terlihat kasat mata jauh lebih sedikit, baik di media sosial maupun media arus utama, seperti televisi, koran, radio, atau internet.
Berbeda dengan Samsung yang menggandeng seluruh lini, Huawei lebih banyak melakukan kampanye di media sosial, influencer, dan segelintir media besar di Tanah Air. Kesimpulan ini kami dapatkan setelah mengecek pemberitaan di ribuan media.
Memanfaatkan tools media monitoring, kami menemukan pemberitaan Huawei P30 Pro memang tidak gencar di Indonesia. Dalam rentang waktu sehari sebelum peluncuran, Senin (25/3) dan sehari setelah peluncuran, Rabu (27/3), hanya diulas 49 media online di Tanah Air.
Perbandingannya dengan pemberitaan Xiaomi Mi 9 sangat jauh. Mi 9 diulas 73 media online. Sebagai informasi, data tersebut kami tarik sehari sebelum peluncuran, saat peluncuran, dan sehari setelah peluncuran.
Bagaimana dengan Samsung Galaxy S10? Perangkat flagship Samsung ini diulas oleh 69 media online dalam rentang waktu yang sama.
Sementara itu, kalau kita tarik lebih jauh lagi, dari Januari-Maret, Huawei memang sepertinya kurang mendapat sorotan media. Samsung jadi media darling sepanjang triwulan terakhir dengan puncak pemberitaan pada Februari yang mencapai 1.001 jumlah pemberitaan.
Huawei, pada sepanjang Januari-Februari, tidak pernah sampai 50 pemberitaan. Hanya pada Maret, jumlah pemberitaan Huawei P30 Pro meroket jadi 219. Itu pun masih kalah dengan jumlah pemberitaan Xiaomi dan Samsung.
Kelas menengah Huawei pun tidak bergaung
Di kelas menengah, Huawei pun masih tidak berkutik. Ponsel pintar garapannya masih kurang gaung di tengah warganet. Dibandingkan Samsung Galaxy M20 dan Xiaomi Mi 8 Lite, Huawei Nova 4 paling tidak diminati. Di kelas menengah Xiaomi Mi 8 Lite mengungguli Samsung Galaxy M20 dan Huawei Nova 4.
Saat mencoba meneliti lebih jauh mengenai hal ini di ranah sosial media, netizen sebenarnya punya minat besar soal Huawei Nova 4. Sayangnya, Huawei tidak berupaya memenuhi kebutuhan konsumen yang meminta Nova 4 hadir di Indonesia.
Tentu, ketika penelusuran minat warganet diubah kata kuncinya, dengan membandingkan Nova 4 dengan pemain kelas menengah, seperti Oppo, Vivo, dan Realme, Huawei kembali kalah telak.
Di akun sosial media mereka, fans Huawei banyak yang menanyakan kabar rilis Huawei Nova 4. Admin Huawei Mobile Indonesia pun hanya bisa meminta maaf kepada pelanggan. Isu lain yang mempengaruhi minat masyarakat terhadap Huawei bisa jadi adalah layanan costumer service. Isu ini menjadi salah satu sentimen negatif yang jadi keluhan pengguna media sosial Twitter ke akun resmi Huawei sepanjang Oktober 2018-Maret 2019.
Kekurangan dan keluhan yang terlihat dari aktivitas follower Twitter Huawei Mobile Indonesia adalah terkait update OS untuk di smartphone Huawei versi lawas, seperti Nova2i. Ponsel pintar ini masih belum mendapatkan update ke Android Pie. Beberapa keluhan juga tertuju kepada pelayanan di service center Huawei yang cenderung lambat dan tidak konsisten.
Pada kuartal tiga 2018, menurut International Data Corporation (IDC), Huawei tidak masuk dalam lima besar vendor smartphone penguasa pasar. Justru, vendor-vendor yang gencar meluncurkan produk kelas menengah di Indonesia yang menguasai pasar. Nama-nama itu antara lain, Samsung, Xiaomi, Oppo, Vivo, dan Advan yang menguasai pangsa pasar ini. Padahal, penggemar juga menanti produk ponsel pintar kelas menengah Huawei, selain flagship yang ceruk pasarnya sangat spesifik.