IndiHome, vital saat PPKM walau sering di-bully
Terlepas dari keluhan yang tak jarang mewarnai layanan perusahaan, eksistensi IndiHome dalam menunjang berbagai aktivitas digital masyarakat terbilang vital.
Koneksi internet sudah menjadi kebutuhan primer saat ini. Laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta pada 2020. Jumlah ini meningkat 8,9% dibanding tahun 2019 yang mencapai 171 juta.
Peningkatan ini tak lepas dari dampak pandemi yang mendorong orang-orang untuk mengandalkan internet. Selain mobile broadband, layanan fixed broadband juga menjadi pilihan pengguna di Indonesia untuk mengakses internet. Laporan Bank Dunia tahun 2021 menyebutkan, IndiHome menguasai 87% pangsa pasar fixed broadband di Indonesia.
Selain IndiHome, Internet Service Provider (ISP) yang tercantum dalam laporan Bank Dunia itu mencakup First Media, MNC Play, Biznet serta MyRepublic. Terpaut jauh dengan IndiHome, pangsa pasar beberapa perusahaan ini bahkan tak lebih dari 10%. Secara rinci, First Media menduduki posisi kedua terbesar, dengan pangsa pasar 7%. Sementara MNC Play di posisi ketiga dengan pangsa pasar 3%. Biznet dan My Republic sendiri menjadi perusahaan dengan pelanggan terkecil di Indonesia, pangsa pasarnya masing-masing 1%.
Dibandingkan dengan pasar mobile broadband, pasar fixed broadband memang lebih kecil. Layanan ini mayoritas digunakan segmen populasi yang sangat kecil, terutama untuk penggunaan data dalam jumlah yang besar, seperti kepentingan sekolah, fasilitas medis, kantor pemerintah, dan bisnis. Mengutip laporan Bank Dunia, estimasi terbaru dari industri memperkirakan, jumlah total pelanggan fixed broadband di Indonesia sekitar 9,7 juta.
Laporan internal Telkom juga menunjukkan, jumlah pelanggan IndiHome meningkat di tahun ini. Perusahaan menyebutkan, total pelanggan IndiHome saat ini mencapai 8,15 juta per akhir Maret 2021. Jumlah tersebut bertambah 133 ribu pelanggan pada kuartal pertama 2021, atau 12% YoY.
Lonjakan ini tak terlepas dari dampak pandemi yang mendorong orang untuk menggunakan jaringan internet, baik via mobile broadband maupun fixed broadband. Meski layanan fixed broadband digunakan segmen populasi yang kecil, eksistensinya vital untuk menunjang aktivitas, khususnya di tengah era digital dan pandemi.
Sebab, sejumlah aktivitas mengandalkan internet, seperti School from Home (SFH) atau Work from Home (WFH) yang diberlakukan selama pandemi. Apalagi, berbagai aktivitas dipusatkan di rumah demi memutus penyebaran virus. Untuk itu, layanan fixed broadband menjadi pilihan atau bahkan alternatif utama sebagian kalangan, dalam menunjang aktivitas dan produktivitasnya selama di rumah.
Upaya pemerintah permudah akses internet
Pandemi, sebagaimana disinggung di atas, memiliki peranan besar dalam mendorong peningkatan jumlah pelanggan fixed broadband. Berbagai aktivitas, seperti sekolah dan bekerja yang dipusatkan di rumah, mengharuskan masyarakat memiliki layanan internet yang prima.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim pada Selasa, 24 Maret 2020, mengimbau agar seluruh kegiatan belajar dilakukan dari rumah. Imbauan ini diatur dalam Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).
Sejak SE diedarkan, seluruh instansi pendidikan, mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi menggelar Pembelajaran Jarak Jauh atau yang kita kenal PJJ. Kendati demikian, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Meskipun dapat mengurangi penyebaran virus, PJJ terkendala dengan berbagai hal, salah satunya akses internet.
Menurut hasil survei UNICEF Indonesia pada Juni 2020, sebanyak 35% responden yang merupakan pelajar mengeluhkan akses internet yang buruk. Sebanyak 62% di antaranya juga mengatakan, butuh bantuan kuota internet apabila PJJ terus berlanjut.
Sejalan dengan kendala tersebut, Kemendikbud akhirnya meresmikan kebijakan bantuan kuota data internet tahun 2020. Target penerima bantuan adalah guru, siswa, mahasiswa, dan dosen, untuk membantu akses informasi selama menjalani Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Pemerintah menganggarkan Rp7,2 triliun untuk mensubsidi paket data internet selama 4 bulan, terhitung dari 22 September dan 3 bulan selanjutnya. Adapun besarannya berbeda tiap jenjang pendidikan, seperti berikut ini:
- Peserta didik PAUD : 20 GB/bulan
- Peserta didik SD, SMP, SMA : 35 GB/bulan
- Guru PAUD, SD, SMP, dan SMA : 42 GB/bulan
- Mahasiswa dan dosen : 50 GB/bulan
Tentunya, operator seluler sangat berperan dalam hal ini. Inisiatif pemerintah tersebut dapat berjalan berkat Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, AXIS, 3 (Tri), dan Smartfren yang juga ikut bergotong royong memberi akses gratis kepada penggunanya. Sementara fixed broadband berperan penting selama PJJ dan WFH bagi penduduk di perkotaan, operator seluler menjadi satu-satunya andalan bagi banyak orang di daerah terpencil.
Mendikbud Nadiem Makarim menyebutkan...
Mendikbud Nadiem Makarim menyebutkan, per November 2020, bantuan kuota internet didistribusikan kepada 27.305.495 orang. Namun, angka ini masih jauh dari jumlah keseluruhan siswa, guru, mahasiswa dan dosen.
Menurut Data Pokok Pendidikan (Dapodik), per 29 September 2020, tercatat 52.202.289 siswa, 3.146.502 guru di Indonesia. Sementara itu, Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) menunjukkan, jumlah mahasiswa sebanyak 8.399.451 orang, dan 286.050 dosen yang mengajar di seluruh perguruan tinggi. Artinya, dari 64.034.292 calon penerima, hanya 42% yang menerima bantuan kuota data internet, pada September 2020.
Faktor belum meratanya bantuan kuota internet ini dapat disebabkan karena nomor yang terdaftar di Dapodik dan PDDikti tidak aktif atau ditemukan kejanggalan pada nomor itu. Maka dari itu, Kepala Pusat Data dan Informasi Kemendikbud Muhammad Hasan Chabibie mengimbau agar sekolah atau perguruan tinggi menginput nomor ponsel peserta didik dan pendidiknya yang belum terdaftar di Dapodik atau PDDikti.
Bantuan kuota internet gratis terus berlanjut memasuki tahun 2021, tepatnya pada periode Maret - Mei, dan yang terbaru, September - November 2021. Namun, terjadi penurunan besaran kuota yang diberikan sebagai berikut.
- Peserta didik PAUD : 7 GB/bulan
- Peserta didik SD, SMP, SMA : 10 GB/bulan
- Guru PAUD, SD, SMP, dan SMA : 12 GB/bulan
- Mahasiswa dan dosen : 15 GB/bulan
Di samping upaya Kemendikbud memberikan akses kepada pelajar dan pengajar untuk Pembelajaran Jarak Jauh, kita tidak boleh lupa bahwa para pekerja juga membutuhkan internet selama pemberlakukan Work from Home. Sejumlah operator seluler hadir memberikan paket internet terjangkau khusus untuk aplikasi-aplikasi penunjang WFH, seperti Zoom dan aplikasi video conference lainnya.
Pada Maret 2020 lalu, XL Axiata menghadirkan promo gratis data 2GB per hari. Sementara itu, Telkomsel menawarkan paket video conference yang dibanderol mulai Rp3 ribuan dengan pilihan kuota 2 - 20 GB.
Menurut data yang dihimpun dari Bisnis.com, Telkomsel hingga Smartfren membagikan kartu perdana gratis pada September 2020 lalu untuk keperluan PJJ dan WFH. Telkomsel mendistribusikan sekitar 7,3 juta kartu perdana gratis ke sejumlah provinsi meliputi, antara lain: Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Sulawesi Selatan, Banten, Sumatra Selatan, Bengkulu, Gorontalo, dan Papua.
Sementara wilayah yang sudah didistribusikan kartu perdana XL gratis antara lain Batam, Banten, Jambi, Bangka, Medan, Pekanbaru, Padang, Palangkaraya dan Palu. Tri dan Smartfren juga membagikan sekitar 1 juta kartu perdana gratis ke wilayah yang tidak disebutkan.
Kendati demikian, masyarakat di sebagian kota besar, lebih banyak mengandalkan internet kabel. Sebab, WiFi lebih andal dan efisien untuk dipakai bersama di rumah, karena pandemi mengharuskan seluruh anggota keluarga melakukan produktivitas dari rumah dan dalam waktu bersamaan. Belum lagi, berbagai perusahaan sektor esensial yang tetap membuka layanannya, meskipun selama PPKM diberlakukan. Hampir seluruh infrastruktur internetnya ditopang oleh internet kabel.
Selama PKKM ini, pantauan Tek.id, beberapa penyedia layanan fixed broadband turut memberikan penawaran dan promo menarik kepada pelanggan. Sebagai pemanis WFH, Biznet menawarkan kepada pelanggan diskon 40% untuk pembelian Biznet IPTV STB (Set Top Box) seharga Rp750.000.
IndiHome juga menawarkan paket internet yang jauh lebih terjangkau untuk kebutuhan Work from Home. Dengan membayar mulai dari Rp200 ribuan, pelanggan bisa berselancar di internet hingga 100Mbps, ditambah bonus nelepon sepuasnya dengan telepon rumah.
Terlepas dari itu, fixed broadband tetap menjadi pilihan keluarga untuk pemakaian bersama di rumah. Jadi, tak heran apabila pelanggan IndiHome tumbuh sepanjang masa pandemi ini.
Makin tinggi pohon makin kencang angin
Terlepas dari popularitasnya, layanan IndiHome belum bebas dari keluhan pelanggan. Hal tersebut wajar saja, mengingat kebutuhan setiap pelanggan yang bervariasi.
Penelusuran Tek.id di media sosial menunjukkan, Twitter menjadi kanal yang paling sering digunakan pelanggan untuk menyuarakan keluhannya dibanding Facebook dan Instagram. Melalui layanan microblogging ini, warganet lebih aktif bertanya dan berkomentar. Kendati demikian, secara persentase, sentimen positif dan negatif cukup berimbang di Twitter.
Sentimen negatif di Twitter umumnya terkait pertanyaan gangguan layanan, aduan dan keluhan jika layanan tersendat. Ditemukan pula ungkapan kekesalan secara eksplisit.
Mayoritas warganet yang banyak berkomentar terkait layanan Indihome adalah kalangan pekerja (WFH), gamers serta pelajar. Rentang usia warganet yang berkomentar dari 21-40 tahun sebanyak 71,5%. Sementara untuk pelajar 18-21 tahun sebanyak 12,7%.
Sementara sentimen positif di Twitter terkait apresiasi cepatnya tanggapan dan jawaban atas keluhan oleh akun resmi IndiHome. Selain apresiasi, sentimen positif juga termasuk antusiasme atas program/paket IndiHome seperti iFlix dan Catchplay.
Di Facebook dan Instagram, sentimen negatif tidak begitu dominan dengan persentase masing-masing 16,6% dan 12%. Sebaliknya, sentimen bernada positif justru lebih banyak ditemukan di kedua kanal tersebut.
Kesimpulan
Peran internet, khususnya internet kabel, kian penting di masa PPKM saat ini. Terlepas dari keluhan yang tak jarang mewarnai layanan perusahaan, eksistensi IndiHome dalam menunjang berbagai aktivitas digital masyarakat terbilang vital. Terlebih lagi, IndiHome adalah penguasa pasar fixed broadband di Indonesia. Jika memperhatikan data Bank Dunia, dominasi IndiHome sebetulnya perlu ditantang perusahaan-perusahaan lain demi menghadirkan kualitas layanan yang lebih baik, pilihan kian beragam, dan barangkali bisa menurunkan harga bagi masyarakat. Namun memang, hal itu tak mudah bagi perusahaan swasta lainnya karena terbentur sejumlah regulasi, juga besarnya biaya investasi yang akan kami bahas dalam artikel lain di masa yang akan datang.