Melihat perang opini tentang banjir Jakarta
Banjir Jakarta mempertemukan kembali JKT58 dan Cebongers.
Banjir atau genangan akibat curah hujan tinggi di Jakarta, Senin (11/12), memicu banjir meme dan infografis di Twitter dan Facebook. Peristiwa ini mempertemukan kembali barisan pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan pendukung Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Kubu JKT58 (sebutan pendukung Ahok terhadap pemilih Anies-Sandi) dan Cebongers (sebutan pendukung Anies terhadap pemilih Ahok) baku sindir, memaki, mengumpat, dan saling melempar kritik keras di media sosial.
Pemicu & alur perdebatan
Pemantik perdebatan antara kedua kubu adalah peristiwa hujan lebat yang mengguyur Jakarta pada Senin, 11 Desember. Akibatnya, sejumlah tempat terendam banjir, dan linimasa Twitter dan Facebook pun dipenuhi Foto Banjir Jakarta. Dari sekadar berbagi foto wilayah yang terkena banjir, isu kemudian berkembang karena Cebongers menyebarkan sindiran seperti "Jakarta makin keren aja nih!! Maju kotanya, bahagia warganya...Selamat datang banjir Jakarta".
Mikir keras saya...melihat warga yg antri tiket ke surga dengan bahagia nya menerima kedatangan banjir jakarta... pic.twitter.com/19NLZnieJ6 — Nevi Ervina (@MbakNevi) December 12, 2017
Sindiran terhadap Anies-Sandi kian membesar tatkala Sandiaga Uno menanggapi banjir dengan ucapan "Allah lagi kirim hujan." Kubu penentang menganggap ucapan itu konyol sembari menagih janji bahwa Anies-Sandi bisa mengatasi banjir Jakarta.
Selain terhadap Anies-Sandi, sindiran tajam juga dialamatkan kepada KH Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym. Mereka mempertanyakan sikap Aa Gym yang dulu mengkritik banjir Jakarta di era Ahok, namun diam saja ketika era Anies-Sandi.
Udah ih, jangan ngebully @aniesbaswedan & @sandiuno mulu soal banjir. Sebab Kata @aagym , banjir jakarta itu karna sikap tak rendah hati dan takabur karna merasa mampu. Makanya penghuni langit murka sampai pada nangis. Jadi Banjir kan Jakarta kitah.
— Jack_001 (@Jacksparrow_001) December 12, 2017
Okeh oceh? pic.twitter.com/eVdMM3aDu7
Pada tanggal 12 Desember, perdebatan menjadi berimbang karena Anies Baswedan mengatakan "Banjir Jakarta Tanggungjawab Saya." Para pendukungnya memuji Anies sembari menyerang balik pendukung Ahok dengan mengatakan "Jokowi Salahkan Pemerintah Pusat, Anies Bertanggungjawab." Nama Jokowi juga kian terseret karena pendukung Anies mengingatkan ucapan Jokowi ketika masih menjabat Gubernur DKI Jakarta bahwa akan lebih mudah mengatasi banjir Jakarta dengan menjadi presiden. Salah satu tokoh yang menyuarakan demikian adalah mantan Ketua MPR RI Hidayat Nurwahid.
Selanjutnya, tema perang opini beralih kepada penyebab banjir Jakarta. Anies mengatakan, Drainase terganggu proyek infrastruktur, termasuk pembangunan MRT-LRT.
Karena perdebatan mulai melebar dari Ahok ke Jokowi, kubu Ahok pun melancarkan serangan balik. Salah satu yang paling menonjol adalah @Kurawa yang membuat serangkaian tweet berjudul "Penanganan Banjir Jakarta."
Selain perdebatan sengit, perang opini kedua kubu ini juga menghibur banyak warganet. Penyebabnya, apalagi kalau bukan meme-meme lucu, seperti di bawah ini.
@sandiuno Sang bango mencari ikan di tengah banjir Jakarta pic.twitter.com/t6Zpbocru4 — GEBRAK (@Rimamos) December 12, 2017
Hari berikutnya, kubu Ahok mulai memaparkan cara Ahok-Djarot mengatasi banjir Jakarta. Mereka seperti hendak mengajari sekaligus menunjukkan bahwa Anies-Sandi kurang cekatan mengatasi banjir. Mereka juga menyebarkan inforafis bahwa pasangan ini lebih sibuk Tata Kata, bukannya Beresin Tata Kota.
Anies Panik Banjir Jakarta, Malah Sibuk Tata Kata Bukannya Beresin Tata Kota pic.twitter.com/ArOzdh3Cvn — Front Pembela Cikeas (@LaskarCikeas) December 12, 2017
Walau tak banyak bicara, Presiden Joko Widodo ternyata turut merespons banjir Jakarta. Pada tanggal 15, Presiden meninjau pembangunan Waduk Sukamahi dan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Dalam kesempatan itu, Jokowi mengatakan pembangunan kedua waduk ini untuk menyelesaikan masalah banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya. Dengan demikian, kelompok yang menagih janji Jokowi pun tak lagi bisa menjadikan pernyataannya sebagai senjata untuk menyerang pendukung Ahok.
Di luar perdebatan sengit kedua kelompok, sebenarnya ada pihak yang berada di tengah yang semata-mata memaparkan fakta. Salah satu yang paling menonjol adalah Sutopo Purwo, Kepala Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dia memaparkan fakta menarik sehingga tak perlu ada debat kusir. Sayangnya, media lebih suka mengutip ucapan pejabat politik. Pernyataan Hidayat Nurwahid, misalnya, dikutip dalam 12 berita, sedangkan Sutopo hanya 6 berita saja.
Hujan deras yang menyebabkan banjir/genangan di Jakarta pada 11/12/2017 ternyata jauh lebih kecil dibandingkan hujan yang pernah menyebabkan Jakarta banjir besar. Hujan di Pasar Minggu pada 10/2/1996 = 300 mm/hari, di Ciledug 1/2/2007 = 340 mm/hari. Kemarin hanya 83 mm saja. pic.twitter.com/XNoHNtHXNt — Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) December 11, 2017
Emosi warganet
Tidak susah mengukur emosi warganet saat perang opini mengenai banjir Jakarta. Pada umumnya, mereka mengekspresikan rasa marah, dan muak. Berdasarkan data crawling Twitter yang kami kumpulkan pada periode 11-15 Desember, mayoritas warganet menunjukkan rasa marah. Jika ditelisik lebih jauh, ekspresi kemarahan ini tak haya ditujukan kepada Anies-Sandi, tetapi juga terjadi antara pendukung Ahok dan Anies-Sandi. Gambar di bawah menunjukkan jejaring akun Anies-Sandi saat terjadi banjir. Ia diukur pada 11-15 Desember.
Menariknya, sesaat sesudah Presiden Joko Widodo mengunjungi waduk Sukamahi dan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, emosi warganet langsung berubah menjadi Trust. Hal ini karena Jokowi mengatakan, pembangunan waduk tersebut akan mampu mengurangi laju debit air yang masuk ke Jakarta sebesar 30 persen.