sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id realme
Selasa, 23 Okt 2018 07:50 WIB

Mengenal eSIM, bakal pengganti kartu SIM fisik

Berbeda dengan kartu SIM fisik, eSIM sudah tertanam di dalam perangkat, sehingga tak bisa dibongkar pasang.

Mengenal eSIM, bakal pengganti kartu SIM fisik
(Foto: SlashGear)

Satu inovasi yang kini tengah dihadapi dan menjadi PR operator seluler, yaitu hadirnya embedded SIM (eSIM). Seperti namanya, eSIM adalah teknologi yang memungkinkan SIM tertanam dan diprogram dalam sebuah perangkat. Sebagai gambaran, kartu SIM yang saat ini digunakan pada ponsel masih dalam bentuk fisik, sehingga masih bisa dipasang atau dilepas secara manual. Berbeda dengan eSIM yang sudah tertanam, sehingga membutuhkan proses lain untuk melepaskannya, atau menggantikannya dengan nomor maupun identitas lain.

Mengingat sifatnya yang tertanam, pelanggan juga memiliki kebebasan untuk memilih operator yang mereka inginkan. Ini akan menjadi keuntungan tersendiri bagi pelanggan, seperti di Amerika Serikat (AS), yang biasanya membeli smartphone sepaket dengan paket pasca-bayar operator seluler. Ukuran eSIM juga jauh lebih kecil dibanding kartu SIM fisik, bahkan Nano SIM. Oleh karenanya, eSIM bisa dipasang pada berbagai perangkat termasuk, perangkat berukuran kecil, seperti perangkat pendukung Internet of Things (IoT), smartwatch, hingga sistem kesehatan portable.

Sebagai contoh, eSIM telah digunakan pada Samsung Gear S2 pada 2016, yang kala itu mendukung jaringan 3G. Kendati begitu, eSIM mulai populer saat Apple Watch Series 3 dan Google Pixel 2 diluncurkan. Teknologi itu lantas semakin populer dengan dirilisnya iPhone XS dan XS Max yang kini mendukung SIM ganda.

Satu hal yang menarik adalah pelanggan bisa menggunakan nomor yang sama dalam dua device yang berbeda. Di Apple Watch Series 4, misalnya, nomor SIM yang digunakan sama dengan nomor yang terpasang pada iPhone. Keuntungannya, pelanggan bisa berbagi kuota data yang sama, meski SIM yang digunakan serupa. 

Mekanisme eSIM

Dari sisi arsitektur, eSIM akan membutuhkan perangkat baru untuk menghubungkan pelanggan ke layanan internet, guna mengunduh profil operator pada handset yang digunakan. Tugas ini tengah diupayakan vendor smartphone, operator seluler, vendor SIM dan Global System for Mobile Communications Association (GSMA).

Implementasi eSIM bagi konsumen akan menghubungkan produsen chipset dengan vendor smartphone, seperti Apple dan Samsung secara langsung. Rantai industri juga kemungkinan akan dikonfigurasi ulang. Ketika eSIM mulai diimplemantasikan oleh semua vendor smartphone, kartu SIM fisik perlahan akan hilang di pasaran. Namun, tentunya transisi ini masih membutuhkan waktu yang panjang, mengingat masih banyak pengguna feature phone yang hanya bisa menggunakan kartu SIM fisik.

Dalam praktiknya, instalasi nomor eSIM sejatinya bisa dilakukan semua pihak terkait. Sebagai contoh, pembuatan profil eSIM bisa dilakukan melalui proses yang sama dengan pembuatan profil SIM fisik. Vendor SIM akan menggunakan rincian otentikasi yang disediakan operator, guna menghasilkan kunci akses jaringan yang unik. 

Data rincian itu akan tersimpan dalam bentuk digital hingga permintaan unduhan dipicu oleh embedded universal integrated circuit card (e-UICC), yang tertanam pada ponsel pengguna. Ada juga kemungkinan lain, misalnya, vendor SIM atau operator seluler yang mengoperasikan layanan pengiriman profil SIM pelanggan.

Lantas, bagaimana operator di Indonesia menyambut teknologi eSIM?

eSIM di Indonesia

Operator ternama di Indonesia mengaku menyambut baik teknologi eSIM. Bahkan, mereka mengaku siap untuk mengadopsi teknologi itu di Tanah Air. Hanya saja, keamanan eSIM masih belum gamblang. Belum lagi regulasi eSIM yang belum dirancang pemerintah. Di Indonesia, hal ini ditangani Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

Ditilik manfaatnya, eSIM memang menguntungkan operator seluler. Betapa tidak, operator tak perlu lagi memikirkan biaya cetak kartu SIM fisik. Selain itu, biaya eSIM juga dinilai lebih murah ketimbang SIM fisik. Dengan begitu, operator bisa mengalokasikan biaya yang sebelumnya digunakan untuk SIM fisik, pada kebutuhan lainnya.

"eSIM kan berarti nggak ada fisiknya. Manfaatnya bagi operator, cost-nya kecil.. Secara industri, ini (eSIM) bagus. Pengguna juga mendapatkan kemudahan," kata Danny Buldansyah, Pembina Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) kepada Tek.id.

Danny menuturkan, persiapan yang dilakukan operator adalan investasi mengubah kartu SIM menjadi eSIM. Selain itu, operator juga perlu memastikan ekosistem eSIM siap, khususnya dari sisi handset. Meski tak lagi tersedia secara fisik, operator masih akan melibatkan ritel dalam memasarkan eSIM. Danny menggambarkan, ritel masih bisa menjual nomor perdana dalam format digital, bukan lagi fisik, seperti saat ini. 

"Masih bisa (jualan). Jadi, kita bisa memberikan alokasi nomor-nomor SIM kita ke ritel-ritel tetentu. Terutama ritel itu keuntungannya, mereka bisa membuat paket-paket khusus. Jadi, ada paket khusus yang bisa dikemas sendiri oleh retailer, hanya fisiknya nggak ada," ujarnya.

Sayangnya, Danny belum bisa memastikan kapan eSIM bisa digunakan di Indonesia. Dia menyerahkan kepastian itu kepada regulator. Ketika diminta untuk menerka, Danny menyebut eSIM di Indonesia kemungkinan besar tidak bisa diimplementasikan di tahun ini. "Tahun depan juga paling baru pertengahan atau agak akhir, baru mulai dicoba-coba," kata Danny.

Terkait penggunaanya, eSIM sendiri memungkinkan lebih dari satu perangkat berbeda menggunakan satu nomor yang sama. Hal ini bisa Anda temukan pada Apple Watch Series 3 yang terhubung pada iPhone. Namun, belum jelas bagaimana penerapannya di Tanah Air. Danny sendiri tidak menutup kemungkinan tersedianya fitur yang sama untuk diimplementasikan di Indonesia. Dalam praktiknya, hal itu bergantung pada operator apakah bersedia menerapkan fitur itu kepada pelanggan.

Sementara itu, keamanan eSIM, dijelaskan pakar IT - Heru Sutadi, tak ubahnya seperti kartu SIM fisik yang saat ini digunakan banyak orang. Penanggungjawab keamanannya pun masih dipangku oleh operator seluler, meski teknologinya disediakan oleh vendor smartphone.

"Kalau keamanannya hampir sama dengan keamanan simcard biasa pun kan lebih kepada bagaimana operator menjaga jaringannya, data pribadi pelanggannya," kata Heru dihubungi Tek.id.

eSIM juga dinilai oleh banyak kalangan lebih aman ketimbang kartu SIM fisik. Meski begitu, Heru belum dapat memastikan keamanan eSIM lebih baik hingga akhirnya teknologi ini benar-benar diterapkan. 

Sejauh mana regulasi eSIM disiapkan Kemenkominfo?

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah menaruh perhatiannya pada teknologi eSIM. Kementerian yang dipimpin Rudiantara itu juga telah melakukan penjajakan dengan beberapa operator dan vendor smartphone global. Diakui Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi (BRTI) Agung Harsoyo, pihaknya telah melakukan diskusi dengan pihak terkait untuk membahas regulasi eSIM pada awal tahun ini. Rencananya, BRTI juga akan melakukan diskusi lebih lanjut pada November atau akhir tahun ini.

Agung menjelaskan, regulasi itu akan mengatur ekosistem eSIM baik dalam bentuk kerja sama antara operator dan vendor smartphone atau lainnya, guna memberikan layanan terbaik bagi konsumen. Sayangnya belum dapat dipastikan, kapan regulasi eSIM tersebut bisa dirampungkan Kemenkominfo. Pasalnya, saat ini Kemenkominfo masih berkutat dengan regustrasi kartu SIM yang diberlakukan pada Oktober 2017.

"Saat ini, belum ke situ (regulasi eSIM) karena dari sisi regulasi, kami masih 'sibuk' terkait registrasi kemarin yang masih konvensional. Akan tetapi memang nanti tahap berikutnya perlu kita atur," kata Agung kepada Tek.id.

"Secepatnya akan kita diskusikan. Kemudian kita antisipasi apa-apa yang mestinya perlu kita atur dan mana-mana yang mestinya tidak perlu kita atur."

Kendati regulasinya belum siap, Kemenkominfo tetap menyambut baik adanya eSIM bahkan untuk mengimplementasikannya di Indonesia. Apalagi, eSIM dinilai Agung ditujukan untuk berbagai perangkat IoT yang semakin lama semakin banyak diterapkan di berbagai negara. Serupa dengan tanggapan ATSI, Agung menuturkan implementasi eSIM di Indonesia kemungkinan berlangsung pada 2020.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, eSIM memungkinkan dua perangkat berbeda menggunakan satu nomor yang sama. Namun penerapan ini untuk di Indonesia, masih sangat perlu diterawang.

"Yang namanya SIM itu, disitu tercatat berbagai ID. Jadi kalau yang kita kenal nomor HP, itu kan MSISDN (Mobile Subscriber Integrated Services Digital Network Number). Itu nanti berikutnya harus bersepakat dengan temen-tememn operator bagaimana assigment penomoran eSIM itu. Apakah masih menganut model lama atau model baru," ujarnya. 

"Mestinya bisa dibedakan, ya nantinya kita bisa mengatur urutan nomor. Kan kalau disamakan, berarti tidak bisa membedakan mana device A, mana device B."

Share
×
tekid
back to top