sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id wd
Senin, 31 Des 2018 15:30 WIB

Menikmati 4G, menanti 5G

Jaringan 4G mulai tersebar di hampir seluruh wilayah di Indonesia pada tahun 2018. Di tahun 2020, masyarakat juga akan segera menikmati jaringan 5G.

Menikmati 4G, menanti 5G
(Foto: DGC Global)

Jaringan 4G mulai tersebar di hampir seluruh wilayah di Indonesia pada tahun 2018. Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2017 menunjukkan, pengguna internet di Indonesia telah mencapai 143 juta jiwa. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya, yakni 132,7 juta. Artinya, 10,56 juta jiwa telah terhubung ke internet di sepanjang tahun 2017.

Data lainnya yang berhasil dirangkum APJII adalah 44,16% respondennya menggunakan smartphone atau tablet untuk mengakses internet. Ini artinya, hampir separuh dari pengguna internet di Indonesia memanfaatkan perangkat mobile untuk berselancar di dunia maya.

Telkomsel dan XL Axiata tercatat getol meningkatkan kapasitas dan memperluas jaringannya di Indonesia. XL Axiata sendiri pada semester pertama 2018 telah memiliki lebih dari 110 ribu BTS. 67% di antaranya merupakan Base Transceiver Station (BTS) data 3G dan 4G untuk menopang layanan data.

Operator yang khas dengan warna biru itu juga terus melakukan pembangunan Base Transceiver Station (BTS). Per September lalu, XL Axiata mengumumkan telah memiliki lebih dari 116.134 BTS. 50.476 diantaranya merupakan BTS 3G dan lebih dari 28.028 unitnya merupakan BTS 4G.

Hingga penghujung 2018 ini, XL Axiata telah memiliki lebih dari 116 ribu BTS termasuk lebih dari 78 ribu BTS data 3G & 4G di seluruh wilayah di Tanah Air. Jangkauan datanya diklaim telah mengakomodir lebih dari 422 kota/kabupaten di Indonesia. Jumlah penggunanya tercatat mencapai 53,9 juta pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sementara Telkomsel menambah lebih dari 6.900 BTS 4G baru di sepanjang kuartal pertama 2018. Kala itu, total BTS Telkomsel di seluruh Indonesia mencapai lebih dari 167 ribu BTS, meningkat 23,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Hingga akhir tahun ini, operator pelat merah itu telah membangun 184 ribu BTS di seluruh Indonesia. Lebih dari 132 ribu unitnya merupakan BTS yang mengakomodir jaringan 3G/4G. Jumlah pelanggannya mencapai lebih dari 168 juta.

Indosat Ooredoo selama 2018 ini tak begitu terdengar seperti operator yang lainnya. Jumlah BTS-nya sendiri pada semester pertama 2018 mencapai lebih dari 66 ribu unit. Dari jumlah itu, 31.880 unitnya merupakan BTS 3G, 24.427 BTS 2G dan 10.066 BTS 4G. Rencananya, Indosat Ooredoo akan menambah BTS dengan target 4.300 unit di seluruh Indonesia.

Tak ketinggalan, Tri Indonesia juga berupaya meningkatkan jaringannya hingga ke luar Jawa. Operator itu telah menambah sekitar 15 ribu BTS baru di awal tahun ini. Menutup tahun 2018, Tri Indonesia tercatat memiliki 55.100 BTS, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 40 ribu BTS. Dari jumlah tersebut 19.500 di antaranya merupakan BTS 4G. Di tahun depan, operator dengan 37 juta pelanggan itu menargetkan penambahan jumlah BTS hingga 8 ribu unit. Semua penambahan BTS itu akan menyebarkan jaringan 4G, termasuk di Indonesia wilayah timur.

Selain upaya dari operator seluler, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) turut membangun infrastruktur guna menyebarkan jaringan internet ke seluruh penjuru negeri. Melalui proyek Palapa Ring, serat optik sepanjang 36 ribu kilometer akan membentang, menjangkau 34 provinsi dan 440 kota/kabupaten di Indonesia.

Proyek itu terbagi dalam tiga paket meliputi paket Barat, Tengah dan Timur. Palapa Ring Barat akan menjangkau wilayah di Sumatera dan Kalimantan dengan jaringan kabel serat optik sepanjang 1.980 km. Paket ini telah rampung pada Maret lalu.

Palapa Ring Tengah akan menjangkau wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara (sampai Kepulauan Sangihe-Talaud) dengan total panjang kabel serat optik sekitar 2.995 km. Paket Tengah juga telah selesai dibangun dan diap untuk diuji coba.

Sementara itu, Palapa Ring paket Timur menjangkau wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat, dan Papua (sampai pedalaman Papua) dengan total panjang kabel serat optik sekitar 8.454 km. Sejauh ini, paket Timur sudah hampir selesai dengan persentase pembangunan mencapai 88,14 persen.

Seluruh infrastruktur ini dibangun guna mengakomodir koneksi internet yang kini semakin dibutuhkan oleh masyarakat. Kedepannya, tak hanya smartphone, tablet atau laptop yang bisa terhubung satu sama lain. Perangkat elektronik bahkan mobil listrik dan rumah pintar akan saling terhubung berkat hadirnya jaringan 5G.

Indonesia menyambut 5G

Uji coba jaringan 5G di Tanah Air sudah mulai dilakukan beberapa operator. Telkomsel misalnya, mencuri start uji coba 5G di Indonesia. Sebagai Official Mobile Partner Asian Games 2018 pada Agustus lalu, Telkomsel menghadirkan pengalaman 5G kepada pengunjung melalui "Telkomsel 5G Experience Center".

Melalui fasilitas ini, pengunjung bisa mencoba sejumlah alat berteknologi 5G sekaligus membayangkan kehidupan di masa mendatang. Dalam fasilitas Telkomsel itu tersedia bus otonom, live streaming, Football 2020, Future Driving, hingga Cycling Everywhere yang semuanya didukung 5G.

Menyusul Telkomsel, XL Axiata memamerkan layanan berteknologi 5G dan Wireless Gigabit (WiGig) di bulan yang sama. Dalam masa uji coba, teknologi 5G dan WiGig diterapkan pada sejumlah aktivitas pengelolaan lingkungan perkotaan. Di antara demo yang dipamerkan dalam uji coba ini yaitu penerapan 5G pada pengelolaan sampah, pengelolaan taman, pemeliharaan kebersihan sungai.

Dalam demo pengelolaan sampah, 5G dimanfaatkan sebagai penopang utama sistem informasi yang menghubungkan titik pengumpulan sampah dengan pusat pengendali informasi. Melalui sensor yang terpasang, suatu titik lokasi pengumpulan sampah yang sudah penuh akan mengirimkan tanda khusus agar sampah harus segera diambil. Sistem ini bahkan bisa dilengkapi dengan kamera dan GPS untuk memberikan informasi yang lebih detail terkait titik lokasinya.

Tidak hanya Telkomsel dan XL Axiata, mulanya Indosat Ooredoo hanya melakukan uji coba 5G di kantor pusatnya di Qatar. Namun November lalu sembari menyambut hari jadinya yang ke-51, operator yang khas dengan warna kuning itu turut menguji 5G di Indonesia. Menggandeng Ericsson, kedua perusahaan memamerkan 5G melalui demo test bed 5G dan 3D-AR (Augmented Reality).

Selain itu, Indosat Ooredoo juga menghadirkan demo lain, seperti 5G deployment considerations dan connected drones yang dapat diuji coba dari jarak yang lebih jauh. Pengujian tersebut juga bisa dilakukan dengan jalur penerbangan yang telah ditentukan sebelumnya.

Tinggal Tri Indonesia yang  belum melakukan uji coba 5G sepanjang 2018 ini. Namun bukan berarti operator yang menyasar kalangan muda ini tak punya niatan. Tri memilih awal 2019 sebagai saat yang tepat untuk melakukan pengujian jaringan 5G di Indonesia.

Dalam sebuah kesempatan, Dolly Susanto, Chief Commercial Officer Tri Indonesia mengatakan peralatan mereka sudah siap untuk mengakomodir jaringan 5G. Dengan begitu, tahap uji cobanya bisa dilakukan Maret tahun depan.

Jaringan 5G secara global memang belum diimplementasikan secara resmi. Namun beberapa negara seperti Korea Selatan siap untuk mengkomersilkan jaringan tersebut di tahun depan. Sejumlah perusahaan terkait seperti Qualcomm juga siap untuk meluncurkan chip dan modem berteknologi 5G di tahun depan.

Sebagai gambaran, jaringan baru itu tak hanya akan membuat internet menjadi lebih cepat daripada saat ini. 5G mampu mengakomodir berbagai perangkat terhubung atau disebut Internet of Things (IoT), yang akan menjadi komponen utama revolusi Industri 4.0. Dengan jaringan itu, berbagai perangkat akan terhubung dan dioperasikan melalui sensor serta internet.

Sayangnya, meski beberapa operator telekomunikasi Tanah Air sudah melakukan uji coba 5G, regulasinya hingga saat ini belum menemukan titik terang. Wacananya, regulasi 5G akan rampung di 2020. Padahal, di tahun itu, akan banyak industri yang kemungkinan mengadopsi perangkat 5G. Upaya pengujian yang gencar dilakukan operator tampak tak sejalan dengan rencana regulasi 5G oleh Kemenkominfo. Indosat Ooredoo bahkan menilai pemerintah telat merilis regulasi 5G.

Regulasi 5G

Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi (BRTI) Agung Harsoyo kepada Tek.id menerangkan, regulasi 5G sudah dibahas bersama timnya. Namun ada hal yang diatur oleh BRTI atau Kemenkominfo, ada juga regulasi yang memang menjadi kewenangan regulator global. Regulasi yang akan diterbitkan Kemenkominfo sendiri akan mengatur frekuensi 5G hingga penyelenggaraannya.

BRTI menyiapkan frekuensi 700 MHz, 900 MHz, serta 24-28 GHz untuk jaringan 5G. Semua frekuensi itu memang belum diketok palu, melainkan masih jadi alternatif. Sejauh ini, frekuensi 700 MHz masih digunakan pelaku penyiaran. Oleh karenanya, untuk menyiapkan frekuensi tersebut, BRTI menunggu kebijakan UU Penyiaran dan hal terkait lainnya.

Frekuensi 900 MHz sendiri akan dialokasikan untuk menjalankan perangkat Internet of Things (IoT). Sementara frekuensi yang lebih tinggi, yaitu 24GHz - 28 GHz, akan dialokasikan untuk mengakomodir layanan 5G lainnya. Frekuensi ini disiapkan guna mengakomodir 5G yang kecepatannya tinggi, latensinya rendah hingga masifnya IoT.

Meski teknologi dan pemanfaatannya menjadi lebih luas, alokasi frekuensi 5G tak begitu rumit. Hanya perlu melakukan refarming. Pasalnya, pita frekuensi yang selama ini digunakan untuk 2G-4G pun bisa dimanfaatkan untuk 5G.

“Kalau nanti 5G sudah hadir, maka pita frekuensi yang digunakan untuk 2G-4G juga bisa digunakan untuk 5G. Karena tentang 5G itu sebenarnya tidak mensyaratkan frekuensinya seperti apa. Tinggal refarming aja,” kata Agung.

Selain frekuensi, regulasi 5G nantinya akan mengatur penyelenggaraan jaringan tersebut. Misalnya, penyelenggaraan 5G pada frekuensi 28 GHz yang tidak bisa menjangkau wilayah yang jauh.

“Misalnya penyelenggaraan untuk melayani di suatu stadion GBK. Maka, nanti ada penyelenggara khusus. Artinya kalau di frekuensi tinggi, yang paling masuk akal adalah penyelenggara itu berdasarkan wilayah,” demikian Agung mencontohkan.

Regulasi 5G disebut Agung akan rampung pada 2020. Tenggat waktu tersebut dinilai pas, tidak terlambat mengingat Indonesia sebagai negara adopter. Dengan begitu, Indonesia bisa mengambil pelajaran dari negara lain yang lebih dulu mengadopsi 5G. Mayoritas negara lain juga akan mengadopsi 5G di 2020. Dengan demikian, regulasi ditargetkan rampung 2020 bukan hal yang terlambat.

Share
×
tekid
back to top