Monopoli Qualcomm, dalang harga mahal smartphone selama ini
Qualcomm sangat percaya diri dengan kekuatannya, bahkan perusahaan sekaliber Apple sekalipun mampu ia tekan selama ini. Apa rahasianya?
Pada 2005, Apple mengontak Qualcomm sebagai pemasok chip modem potensial bagi iPhone generasi pertama mereka. Respon Qualcomm kala itu tidak biasa. Sebuah surat kontrak mengenai lisensi paten mereka ajukan kepada Apple, bahkan sebelum mereka mempertimbangkan sungguh-sungguh untuk menjadi pemasok chip modem iPhone.
"Saya telah menghabiskan 20 tahun di industri ini, dan tidak pernah melihat surat seperti itu sebelumnya," ujar Tony Blevins, VP Procurement Apple.
Kebiasaan yang lumrah adalah, kebanyakan penyuplai sangat bersemangat untuk berbicara pada pelanggan baru. Apalagi ini pelanggan sebesar dan sekeren Apple. Tapi Qualcomm, rupanya tidak seperti pemasok lain. Mereka tengah menikmati dominasi mereka di industri pembuat chip perangkat seluler.
Tony Blevins sendiri bersaksi di Komisi Perdagangan Federal (Federal Trade Commission) saat bergulirnya kasus monopoli Qualcomm di 2017 silam. Hakim Lucy Koh pun menghakimi Qualcomm atas upaya agresif mereka lewat lisensi paten yang melanggar hukum anti monopoli Amerika.
Dalam hal ini, Qualcomm dituding sebagai perusahaan monopoli yang membebankan biaya produsen smartphone untuk paten chipset mereka. Qualcomm menyusun kontrak dengan produsen smartphone dengan jeli. Akibatnya hampir tidak mungkin pembuat chipset lain mengalahkan dominasi Qualcomm di industri ini. Pelanggan yang tidak ikut permainan Qualcomm bisa-bisa kehilangan akses ke modem chip mereka.
Seorang pakar paten, Charles Duan, mengatakan kepada Arstechnica, "Qualcomm memiliki monopoli terhadap chipset seluler tertentu. Kemudian mereka menggunakan kekuatan monopoli tersebut untuk mengeruk uang banyak orang,"
Praktik yang Qualcomm lakukan adalah, daripada membebankan biaya pada chipset itu sendiri, mereka meminta pelanggan mereka untuk membeli lisensi paten chipset mereka dan menghargai secara berlebihan lisensi tersebut.
Kini dominasi tersebut mungkin akan berakhir. Dalam keputusannya, Hakim Lucy Koh memerintahkan Qualcomm untuk menghentikan praktik mereka itu. Qualcomm kini merenegosiasi semua kesepakatan dengan pelanggan mereka. Kemudian, kalau aturan ini berlanjut terus, bisa jadi tercipta pasar yang lebih kompetitif di sektor chipset nirkabel. Ini merupakan sejarah abad ini.
Penjelasan teknis
Jaringan seluler menerapkan standar jaringan nirkable yang berbeda-beda. Standar ini berubah-ubah tiap tahun. Untuk waktu lebih dari 20 tahun lamanya, Qualcomm menikmati menjadi pemimpin chipset yang memiliki standar jaringan nirkabel utama. Jadi ketika perusahaan pembuat smartphone ingin menjual produk mereka ke seluruh dunia, pilihannya sangat tipis dan hampir satu-satunya cara adalah berbisnis dengan Qualcomm.
Sebagai contoh, pada awal 2010, Qualcomm memimpin pasar jaringan CDMA yang dibangun Verzon dan Sprint di Amerika dan beberapa operator lain di belahan dunia. Pada 2014, CTO Qualcomm, James Thompson, pada email ke CEO Qualcomm, Steve Mollenkopf, bagaimana ini akan memberi pengaruh lebih luas lagi kepada Apple.
"Kita adalah satu-satunya pemasok yang bisa memberikan mereka rilisan (produk) secara global" tulis Thompson.
Faktanya, tanpa bantuan Qualcomm, Apple bakal kehilangan pasar Amerika Utara, Jepang, dan China. Hal tersebut akan melemahkan mereka. Kendati begitu, efek ini bersifat domino. Tidak hanya Apple yang merasakan dampaknya. 30 persen perangkat CDMA BlackBerry juga dipastikan tidak bisa terjual kalau tidak dipasok chip modem CDMA Qualcomm.
Lebih dari dua dekade, Qualcomm telah bekerjasama dengan pembuat smartphone termahsyur seperti, LG, Sony, Samsung, Huawei, Motorola, Lenovo, ZTE, dan Nokia. Kesepakatan ini memberikan Qualcomm kekuatan pengaruh yang sangat kuat. Pengaruh yang sampai-sampai bisa mengekstraksi royalti hak paten mereka jauh lebih mahal harganya daripada perusahaan lain yang memiliki protofolio paten serupa.
Kalkulasi pembayaran royalti paten Qualcomm berdasarkan nilai keseluruhan smartphone tersebut. Ini tidak adil, karena logikanya, nilai royaltinya harusnya senilai chip yang terpasang di dalam ponsel pintar tersebut.
Dengan praktik ini, Qualcomm seperti mendapat pembayaran atas setiap komponen di dalam smartphone, padahal belum tentu terkait dengan paten chip tersebut.
Eksekutif Apple, Jeff Williams mengatakan, Qualcomm membebani mereka lebih banyak ketimbang biaya dari seluruh partner mereka yang lain. Bahkan Direktur Pengadaan Chipset Motorolla, Todd Madderom, mengatkan tidak pernah melihat bayaran lisensi sebesar itu.
Dokumen internal Qualcomm sendiri mendukung klaim tersebut. Salah satu lisensi paten tersebut membawa keuntungan USD7,7 miliar di 2016. Jumlahnya lebih banyak daripada kombinasi pendapatan royalti paten 12 perusahaan yang sama-sama memiliki portfolio setara dengan Qualcomm.
Royalti ini merefleksikan taktik negosisasi tidak biasa yang disebut, "No License, No Chip". Tidak ada yang sanggup membeli chip Qualcomm sebelum menandatangi kesepakatan royalti terlebih dahulu. Sekali produsen menandatangi kesepakatan ini dengan Qualcomm, Qualcomm pun mendapatkan pengaruh yang kuat terhadap perangkat tersebut. Qualcomm punya hak untuk membatalkan secara sepihak pasokan chipset, apabila lisensi paten yang mereka sepakati telah kadaluarsa.
Tentu tanpa modem, sulit untuk menyediakan perangkat ponsel di pasaran. Menurut Todd Madderom, butuh berbulan-bulan lamanya bagi para teknisi untuk mengerjakan desain ulang solusi penggatian modem. Itupun kalau di pasaran tersedia chip modem yang mendukung jaringan ponsel tersebut.
Dengan begitu, konsumen Qualcomm sangat tidak bedaya ketika tanggal kadaluarsa lisensi mereka telah masuk tenggat waktu. Apabila konsumen mencoba menegosiasikan perjanjian tersebut, Qualcomm bisa menghentikan pasokan chipset mereka seketika itu juga.
Hakim menemukan, taktik ini telah mereka mainkan berulang-ulang selama lebih dari 20 tahun belakangan ini. Qualcomm menghentikan pasokan chip ke Samsung pada 2001. LG merasakannya pada 2004. Sony dan ZTE juga pernah mengalaminya di 2012. Huawei dan Lenovo setahun berikutnya. Lalu Motorola pernah kehilangan pasokan chipset Qualcomm di 2015.
Resep heroin Qualcomm
Pertanyaannya, bagaimana Qualcomm menjaga kedigdayaanya di sektor penyuplai chipset modem. Tentu utamanya, Qualcomm memiliki talenta-talenta teknisi dan menghabiskan miliaran dolar untuk membuat chip modem mereka tetap menjadi yang paling mutakhir.
Selain itu mereka juga menambah dominasi mereka lewat penjualan Systems on a Chip (SoC) lewat brand Snapdragon. Di dalamnya ada fungsi-fungsi selain modem seperti Central Processing Unit (CPU). Ini tentunya meberikan harga yang signifikan namun pembuat chip kecil sulit menyainginya.
Senjata utama mereka dalam menangani kompetitor mereka adalah, dalam lisensi paten mereka, mereka meminta pelanggan untuk membayar royalti pada setiap unit yang terjual. Jadi tidak terbatas pada ponsel yang memiliki chip Qualcomm di dalamny saja. Ini memberikan Qualcomm keuntungan dalam menghadapi kompetisi. Saat kompetitor mereka mencoba bermian harga, Qualcomm bisa dengan mudah turun harga juga tanpa takut rugi.
Dan beberapa kesepakatan lisensi Qualcomm mencakup ketentuan yang secara eksplisit membuat perusahaan tidak mau menggunakan chip modem non-Qualcomm. Qualcomm akan menawarkan potongan harga bagi produsen smartphone dengan syarat, sedikitnya 85 persen produk mereka — atau dalam beberapa kasus bahkan 100 persen — ditenagai chip Qualcomm.
Kasusnya adalah, Apple menandatangani perjanjian dengan Qualcomm pada 2013. Perjanjian merupakan pemakaian ekslusif chip modem Qualcomm di produk Apple. Di bawah kesepakatan itu, Qualcomm membayar Apple ratusan juta dolar dalam bentuk potongan harga dan insentif pemasaran antara 2013-2016. Kendati begitu, Qualcomm akan berhenti melakukan pembayaran jika Apple mulai menjual iPhone atau iPad dengan chip non-Qualcomm.
Apple bahkan harus membayar kembali sebagian dari dana tersebut kalau menggunakan chip modem non-Qualcomm sebelum Februari 2016. Satu email internal Qualcomm menghitung bahwa Apple akan berutang USD645 juta jika meluncurkan iPhone dengan chip modem non-Qualcomm pada 2015.
Qualcomm membuat kesepakatan serupa dengan pembuat ponsel besar lainnya. Pada tahun 2003, Qualcomm menandatangani kontrak 10 tahun dengan Huawei. Mereka menawarkan potongan sebesar 2,65 persen jika Huawei membeli 100 persen chip CDMA untuk pasar Cina dari Qualcomm. Jika Huawei membeli chip CDMA non-Qualcomm, tarif royalti melonjak hingga lima persen atau lebih.
Pada 2004 Qualcomm juga memberi potongan harga kepada LG jika LG membeli setidaknya 85 persen chip modem CDMA dari Qualcomm. Kesepakatan itu juga mengharuskan LG untuk membayar tarif royalti paten yang lebih tinggi ketika menjual ponsel dengan chip seluler non-Qualcomm.
Samsung juga bersepakat dengan Qualcomm di 2018. Qualcomm akan melakukan pembayaran insentif kepada Samsung jika perusahaan membeli 100 persen chip "premium" dari Qualcomm. Kesepakatan itu juga memberikan keleluasaan kepada Samsung untuk menawar harga chip tingkat lebih rendah sampai harga terendah.
Melawan Qualcomm
Usaha hakim Lucy Koh untuk menghentikan monopoli Qualcomm demi mengembalikan keseimbangan pasar. Perubahan paling penting untuk memisahkan bisnis inti Qualcom dengan royalti yang mencekik pelanggan mereka adalah, mereka harus mengosiasikan ulang semua kesapakatan mereka terhadap pelanggan mereka tanpa memotong pasokan chip.
Demi menentukan tarif royalti yang adil, hakim Lucy juga Koh juga memerintahkan Qualcomm untuk melisensikan paten esensial-standarnya kepada pembuat chip lain dengan persyaratan FRAND, mengajukan arbitrase jika perlu. Lisensi ini harus "lengkap", yang berarti Qualcomm dilarang menggugat pelanggan pembuat chip karena melanggar paten yang dilisensi oleh pembuat chip tersebut.
Ketiga, Koh melarang Qualcomm melakukan perjanjian eksklusivitas dengan pelanggan. Itu berarti tidak ada lagi potongan harga jika pelanggan membeli 85 atau 100 persen chip Qualcomm.
Samsung bisa untung besar
Samsung menang besar di sini. Pasalnya, Samsung merupakan salah satu dari sedikit perusahaan teknologi besar yang mempertahankan kemampuan modem internal mereka secara signifikan. Dalam beberapa tahun terakhir, Samsung sering mengirimkan smartphone dengan chip Exynos buatan sendiri di beberapa pasar, seperti di Indonesia.
Samsung menjual perangkat dengan chip Qualcomm di pasar yang lain, terutama di Amerika Serikat dan Cina. Tidak jelas persis mengapa mereka melakukan ini, tetapi dugaan yang masuk akal adalah bahwa Samsung percaya bahwa mereka rentan terhadap ancaman paten Qualcomm di negara-negara tersebut.
Sekarang akan lebih mudah bagi Samsung untuk menggunakan chip-nya sendiri di seluruh dunia, menyederhanakan desain produk dan memberi mereka peluang ekonomi yang lebih besar untuk menjual chip-nya sendiri. Akhirnya, Samsung mungkin mulai menawarkan chip-chip itu kepada pembuat smartphone lain, seperti yang pernah mereka coba lakukan pada 2011.
Di sisi lain, keputusan hakim Lucy Koh mungkin terlambat bagi Intel. Intel sudah tidak bergairah atau sampai tidak punya cukup waktu lagi untuk memulai kembali pengembangan chip modem 5G mereka.
Diperlukan kewaspadaan terus menerus oleh pihak berwenang untuk memastikan Qualcomm mematuhi dengan baik surat dan esensi keputusan hakim Lucy Koh.
Tapi pertama-tama putusan itu harus selamat dari naik banding ke Pengadilan Ninth Circuit Court of Appeals. Pada hari Selasa, Qualcomm meminta Koh untuk menunda putusannya sampai pengadilan banding memiliki kesempatan untuk mempertimbangkan. Pelanggan dan pesaing Qualcomm tidak akan dapat benar-benar bernapas dengan mudah sampai proses banding ini selesai.