sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id realme
Selasa, 19 Sep 2017 18:02 WIB

Motorola, dilema merek tua di tengah konsumen muda

Kami mengobrol dengan eksekutif Motorola dan mendapatkan insight menarik.

Jan Huckfeldt, CMO mobile business group Motorola, hari ini, Selasa (19/9), sengaja terbang ke Indonesia. Dia hadir dalam rangka peluncuran ponsel teranyar Motorola. Beruntung, kami bisa mendapatkan waktu yang cukup untuk bicara banyak soal brand yang sudah lama ngetop di industri smartphone Indonesia awal 2000-an silam ini. Berikut cuplikannya.

Menurut Jan, Indonesia merupakan pasar penting Motorola. Indonesia masuk 10 besar di daftar pasar global Motorola. Potensinya besar karena populasi yang tinggi dan konsumennya unik. Berbeda dengan pasar berkembang lainnya di luar sana, daya beli masyarakatnya cukup bagus. Konsumen Indonesia menginginkan produk yang punya nilai lebih, tidak sekadar harga mahal atau murah.

"Oleh karena itu, Motorola perlu kembali masuk ke pasar Indonesia yang dahulu pernah menjadi basis kekuatannya," ujar Jan.

Di beberapa pasar berkembang, Jan menyebutkan bahwa mereka punya brand awarness yang besar. Di Brasil, misalnya, Motorola merupakan brand terkuat kedua. Di regional Amerika dan Eropa Barat, Motorola punya persentase awarness di atas 70% dari pangsa pasar di regional tersebut. Di Indonesia sendiri, brand awarness Motorola sudah mencapai 67%.

"Tentunya ini adalah tugas kami untuk membuat brand Motorola terus jadi pilihan teratas di kepala setiap orang," ujar Jan.

Ketika kami bertanya apa yang dipikirkan konsumen soal brand Motorola, menurut Jan, mereka adalah produk-produk yang punya kualitas, awet, dan mudah digunakan.

"Contohnya, ketika saya ingin memasukkan nomor kontak Anda, saya cukup mengambil foto kartu nama Anda dengan kamera Motorola saya. Smartphone saya langsung mengunggah data kontak Anda."

Semua keuntungan itu bisa Anda dapatkan dengan harga yang terjangkau. Tidak perlu mengeluarkan USD800 sampai USD1,000 untuk mendapatkan fitur premium di Motorola. "Kita punya produk di kelas menengah yang punya kamera kelas premium. Itu karakteristik Motorola yang menonjol saat ini."

Secara teknologi, ujar Jan, pihaknya terus berusaha untuk membuat smartphone lebih cerdas lagi. Contohnya, ketika Anda punya notifikasi pesan yang masuk, Anda bisa langsung membalasnya dalam kondisi layar terkunci. Anda juga bisa buka Google Maps langsung dalam kondisi smartphone terkunci, hanya lewat perintah suara. 

Tidak segan-segan, Jan menyimpan target tinggi."Kami ingin mengincar posisi ketiga di kancah smartphone global. Tentunya, ini membuat kami harus lebih banyak lagi mengakuisi konsumen baru," ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut dia, Motorola serius untuk menyediakan produk dan layanan kami ketika dicari konsumen, baik secara daring maupun luring.

"Ini tentu membutuhkan distribusi yang sangat kuat," ujarnya.

Khusus ritel, Motorola sebanarnya punya tugas berat. Mereka punya lawan sangat tangguh, siapa lagi kalau bukan Oppo.

Terkait hal ini, Jan berkomentar secara umum. Menurutnya, Motorola akan berupaya agar konsumen benar-benar memahami karakteristik produk mereka.

"Staf promotor kami sudah kami training lebih mendalam soal product knowledge kami. Sehingga, ketika berkomunikasi dengan calon pembeli, mereka bisa langsung mengetahui experience dari sebuah produk smartphone Motorola," katanya. "Untuk menancapkan brand kami di ingatan konsumen, kami juga melancarkan beragam kampanye iklan."

Ditanya soal bagaimana Motorola menjawab tantangan pasar smartphone segmen menengah yang sepertinya kini beralih ke perang fitur selfie, Jan menjawab. "Maka dari itulah, kami fokus untuk membina Motorola sebagai sebuah brand. Bukan fokus sebagai produk dengan spesifikasi tertentu. Karena Motorola punya potensi yang besar untuk dikembangkan di segmen ini, lebih dari sekadar pemain kamera depan semata. Kami menawarkan kualitas produk premium, kekuatan baterai, ketahanan bodi produk, dan fitur-fitur kreatif."

Efektivitas strategi Motorola akan teruji dalam akhir kuartal ini. Apakah mereka, atau kembali Oppo dan Vivo yang meraih pasar besar sesudah Samsung. Kita tunggu saja. Sebagai perbandingan, berikut kami tampilkan lagi kekuatan Oppo dan Vivo yang harus mereka lawan.

 

 

Strategi digital

Ditanya soal strategi marketing di platform digital, Jan menjawab mereka akan mengadopsi apa yang sudah sukses dilakukan di negara-negara sebelumnya. Ia mengambil contoh Amerika, di mana mereka sangat intensif belanja iklan di Facebook dan platform digital lainnya. "Data kami menunjukkan kesuksesan yang meyakinkan ketika intensif bermain di platform digital."

Data kami menunjukkan kami mampu mengakuisisi konsumen lawas yang sudah kenal Motorola dari lama. Tapi itu tidak cukup menghadapi situasi yang seperti saat ini. Maka dari itu, kami mencapurkan iklan TV dengan kampanye media sosial kami. Ini memberikan efek yang besar bagi brand awarness

Intinya, kampanye iklan kami berdasarkan pada problem apa yang sedang kami hadapi. Sehingga kami menciptakan solusinya. Iklan digital punya peran yang besar dalam sistem kampanye campuran kami.

Untuk produk G5s Plus yang kami luncurkan hari ini. Kami menciptakan konten yang relevan dengan target pasar produk kami. Ini yang membuat brand punya ikatan kuat dengan calon pelanggan. 

Miranda Varia Waroka, Head Marketing Motorola Indonesia, yang juga ikut diskusi seru kami menambahkan, "Faktanya di Indonesia sendiri untuk produk Moto Z yang baru dirilis Januari 2017, kami sudah punya 500.000 pengikut di beragam media sosial. Semua target market untuk produk seri C, E, dan G yang baru kami luncurkan ini ada di digital," ujarnya.

Share
×
tekid
back to top