Tarik ulur 5G di Indonesia
Lelang frekuensi 2,3GHz yang sudah diumumkan, dibatalkan oleh Kemenkominfo. Pemerintah berdalih bahwa upaya ini dilakukan sebagai langkah “kehatian-hatian dan kecermatan".
Andai lelang tak dibatalkan
Sejak pemenang lelang frekuensi 2,3 GHz diumumkan dengan hasil Telkomsel, Tri Indonesia dan Smartfren, ketiga operator tersebut langsung menyusun rencana untuk memanfaatkan tambahan frekuensi itu.
Sebagai informasi, ketiga operator itu mendapatkan tambahan frekuensi pada rentang 2360 – 2390 MHz yang terdiri dari tiga blok. Hasilnya, ditetapkan Smartfren mendapatkan blok A, Tri Indonesia blok B dan Telkomsel blok C. Secara lebih rinci, berikut pembagian blok pita frekuensi setiap operator:
Blok A - Smartfren meliputi:
(i) Rentang 2360 - 2370 MHz pada zona 1 (Sumatera Bagian Utara)
(ii) Rentang 2360 - 2370 MHz pada zona 4 (Banten, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)
(iii) Rentang 2360 - 2370 MHz pada zona 5 (Jawa Bagian Barat; kecuali Bogor, Depok, dan Bekasi)
(iv) Rentang 2360 - 2370 MHz pada zona 6 (Jawa Bagian Tengah)
(v) Rentang 2360 - 2370 MHz pada zona 7 (Jawa Bagian Timur)
(vi) Rentang 2360 - 2370 MHz pada zona 9 (Papua)
(vii) Rentang 2360 - 2370 MHz pada zona 10 (Maluku dan Maluku Utara)
(viii) Rentang 2360 - 2370 MHz pada zona 12 (Sulawesi Bagian Utara)
Blok B - 3 Indonesia meliputi:
(i) Rentang 2370 - 2375 MHz pada zona 1 (Sumatera Bagian Utara)
(ii) Rentang 2370 - 2380 MHz pada zona 4 (Banten, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)
(iii) Rentang 2370 - 2380 MHz pada zona 5 (Jawa Bagian Barat; kecuali Bogor, Depok, dan Bekasi)
(iv) Rentang 2370 - 2380 MHz pada zona 6 (Jawa Bagian Tengah)
(v) Rentang 2370 - 2380 MHz pada zona 7 (Jawa Bagian Timur)
(vi) Rentang 2370 - 2380 MHz pada zona 9 (Papua)
(vii) Rentang 2370 - 2380 MHz pada zona 10 (Maluku dan Maluku Utara)
(viii) Rentang 2370 - 2380 MHz pada zona 12 (Sulawesi Bagian Utara)
(ix) Rentang 2375 - 2380 MHz pada zona 15 (Kepulauan Riau)
Blok C - Telkomsel meliputi:
(i) Rentang 2380 - 2390 MHz pada zona 4 (Banten, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)
(ii) Rentang 2380 - 2390 MHz pada zona 5 (Jawa Bagian Barat; kecuali Bogor, Depok, dan Bekasi)
(iii) Rentang 2380 - 2390 MHz pada zona 6 (Jawa Bagian Tengah)
(iv) Rentang 2380 - 2390 MHz pada zona 7 (Jawa Bagian Timur)
(v) Rentang 2380 - 2390 MHz pada zona 9 (Papua)
(vi) Rentang 2380 - 2390 MHz pada zona 10 (Maluku dan Maluku Utara)
(vii) Rentang 2380 - 2390 MHz pada zona 12 (Sulawesi Bagian Utara)
(viii) Rentang 2380 - 2390 MHz pada zona 15 (Kepulauan Riau)
Andai saja leleng frekuensi ini tidak dibatalkan, Telkomsel, Tri, dan Smartfren mungkin sudah mulai persiapan pemanfaatan tambahan spektrum tersebut. Kendati demikian, ketiga operator ini menyatakan akan mengikuti proses yang ditetapkan Kemenkominfo, termasuk terkait dengan batalnya lelang frekuensi. Berikut rencana yang sudah disusun Telkomsel, Tri Indonesia dan Smartfren dalam memanfaatkan frekuensi 2,3GHz.
- Telkomsel
Sebagai salah satu pemenang lelang pita frekuensi 2,3Ghz, Telkomsel memperoleh alokasi blok C, yaitu pada rentang 2380 – 2390 MHz. Fasilitas pendukung infrastruktur jaringan ini sendiri dinyatakan Telkomsel akan digunakan untuk mendorong penyediaan akses broadband berteknologi terdepan dengan kualitas prima dan cakupan merata hingga pelosok negeri. Perusahaan ini juga berkomitmen akan melanjutkan roadmap pengembangan teknologi telekomunikasi terbaru yang nantinya akan diterapkan di Indonesia, seperti 5G.
Rencana tahap awal, Telkomsel akan memanfaatkan pita frekuensi tersebut untuk melanjutkan pembangunan BTS 4G LTE. Di samping itu, Telkomsel juga telah melakukan uji coba jaringan terbaru 5G di Batam untuk sektor industri, setelah sebelumnya sukses menggelar uji coba dan showcase pemanfaatan jaringan 5G di perhelatan Asian Games 2018.
Meski demikian, Telkomsel mengklaim bahwa pita frekuensi yang ditambahkan ini belum ideal karena minimnya lebar pita dan terbatasnya ekosistem yang tersedia. Sedangkan pita frekuensi yang dianggapnya ideal adalah 3,5GHz dan 2,6Ghz.
- Tri Indonesia
Sebelum memanfaatkan tambahan pita frekuensi 2,3Ghz, Tri Indonesia mengklaim akan melakukan refarming blok yang mereka dapatkan terlebih dahulu. Untuk diketahui, perusahaan operator ini menerima blok B pada rentang 2370 hingga 2380. Sebelum memanfaatkannya untuk persiapan jaringan 5G, Tri akan lebih dulu memperluas jangkauannya ke daerah-daerah yang belum terjangkau internet.
Terkait persiapan, perusahaan telah melakukan uji coba 5G pada live network yang pertama, yakni Surabaya. Setelah diimplementasikannya 5G nanti, Tri berencana menutup jaringan 2G dan 3G.
“Kami akan mempertimbangkan untuk menutup jaringan 2G atau 3G ketika kebutuhan layanannya sudah sangat minim, tanpa merugikan pelanggan kami, sehingga spektrum frekuensi yang ada dapat kami optimalkan/gunakan lebih baik lagi untuk layanan 4G atau 5G,” kata Wakil Presiden Direktur Tri Indonesia Danny Buldansyah kepada Tek.id.
- Smartfren
Smartfren merupakan penerima blok A pada penambahan pita frekuensi ini dengan total 8 rentang frekuensi. Sama dengan Tri, perusahaan ini akan berfokus pada perluasan jaringan di pelosok. Smartfren juga sebelumnya pernah melakukan uji coba 5G di Marunda, Jakarta Utara pada 2019 lalu. Pada trial tersebut Smartfren berhasil mencapai kecepatan 8,7 Gbps, dengan memanfaatkan pita frekuensi 28 GHz.
Smartfren juga berencana untuk melanjutkan kerja samanya dengan ZTE sebagai mitra penyedia perangkat dan sistem jaringan 5G.
“Implementasi 5G di jaringan Smartfren hanya tinggal menunggu waktu yang tepat baik secara regulasi pemerintah dan kajian ekonominya, termasuk kesiapan ekosistem perangkat 5G pengguna di pasar,” kata Munir Syahda Prabowo, VP Technology Relations and Communications Smartfren.
Bagaimana dengan operator seluler lainnya?
Meski belum mendapatkan tambahan pita frekuensi, XL Axiata tengah bersiap dalam mewujudkan jaringan 5G. Sebelumnya, perusahaan telah melakukan uji coba Dynamic Spectrum Sharing (DSS) 4G/5G. Teknologi ini memungkinkan pemanfaatan spektrum yang sama untuk layanan 4G dan 5G. Sejumlah persiapan lain juga telah mereka siapkan, di antaranya sebagai berikut.
- Radio: XL Axiata sudah menerapkan modernisasi perangkat jaringan radio untuk mempercepat adopsi 5G.
- Transport: XL Axiata terus melakukan perluasan jaringan tulang punggung (back bone) fiber optik (fiberisasi) yang menjangkau berbagai wilayah di Indonesia
- Core: XL Axiata sudah melakukan konvergensi jaringan dan IT dengan menerapkan teknologi Network Functions Virtualization (NFV) dan juga membuktikan kesiapan jaringan VoLTE yang akan menyediakan layanan telepon pada jaringan 5G.
Mengingat masih ada pita frekuensi lainnya untuk 5G yang akan dilelang selanjutnya, XL Axiata menyatakan menunggu waktu tersebut. Opsi spektrum sharing juga dinilai perusahaan dapat menjadi alternatif dalam mengimplementasikan 5G XL Axiata.
Smartphone 5G, pemanis penantian 5G
Sejumlah vendor perangkat teknologi gencar menghadirkan produk yang mendukung jaringan 5G. Smartphone 5G Realme, Xiaomi, dan Samsung, misalnya, sudah mewarnai pasar Indonesia. Ini merupakan upaya perusahaan untuk menghadirkan inovasi terkini bagi pelanggan di Tanah Air. Kendati jaringan 5G belum terselenggara di Indonesia, perangkat-perangkat tersebut akan siap berjalan pada jaringan generasi kelima, ketika jaringan tersebut tersedia.
Terlepas dari serangkaian pengujian oleh operator seluler, hadirnya smartphone 5G bak pemanis dalam penantian jaringan 5G. Sebab, perangkat ini akan melengkapi ekosistem 5G di Indonesia sekaligus pertanda bahwa jaringan generasi kelima akan benar-benar tersedia. Bukan tidak mungkin, perangkat lainnya seperti Internet of Things (IoT) akan segera hadir demi memperkaya ekosistem 5G di Indonesia.
Penentuan frekuensi dan lelang frekuensi yang dialokasikan untuk 5G menjadi angin segar bagi operator telekomunikasi. Sayangnya, proses itu justru dibatalkan dan akan diulang kembali oleh Kemenkominfo, menyesuaikan hasil evaluasi. Dengan demikian, kehadiran jaringan 5G di Indonesia masih menjadi penantian panjang.